Gudeg.net— Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina yang terjadi pada bulan Oktober-Desember berdampak pada peningkatan akumulasi curah hujan bulanan jauh di atas normal di wilayah DI Yogyakarta.
Hal ini diungkapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam siaran pers resminya yang diterima Gudegnet, Minggu (11/10).
Dalam siaran pers tersebut, Reni Kraningtyas, Kepala Stasiun Klimatologi BMKG, mengharapkan pemerintah untuk dapat lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.
“Misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih,” kata Reni.
La Nina sendiri adalah fenomena turunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik dan suhunya lebih rendah dibanding kawasan sekitarnya.
Pada pertengahan bulan Oktober hingga akhir November 2020 beberapa zona musim di wilayah DI Yogyakarta diperkirakan akan memasuki musim hujan.
Wilayah tersebut meliputi wilayah Sleman bagian barat dan utara, Kulonprogo bagian utara, Sleman bagian timur, sebagian besar Bantul, dan Kulonprogo bagian selatan.
Pada awal November 2020 wilayah yang memasuki musim hujan meliputi sebagian besar wilayah Gunungkidul dan Bantul bagian timur.
Berkembangnya La Nina di Samudra Pasifik Ekuator menyebabkan indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir.
Nilai anomali telah melewati angka -0.5°C, yang menjadi ambang batas kategori La Nina. Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0.6°C pada bulan Agustus, dan -0.9°C pada bulan September 2020.
Kirim Komentar