Gudeg.net- Awan panas guguran kembali keluar dari puncak Gunung Merapi pada, Senin (18/1) pagi, dengan jarak luncur sekitar 1.000 meter.
“Awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo 22 mm dengan durasi 112 detik, jarak luncur 1.000 meter mengarah ke Barat Daya arah Kali Krasak,” tulis BPPTKG dalam grup whatsapp Media Merapi, Senin (18/1).
BPPTKG menambahkan, awan panas yang terjadi menjelang pagi tersebut teramati dengan tinggi kolom sekitar 50 meter dari puncak gunung.
“Saat awan panas keluar dengan tinggi kolom sekitar 50 meter, angin sedang bertiup ke arah Tenggara,” tambahnya.
Sementara itu laporan harian perkembangan Merapi periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB menyatakan, Merapi juga mengalami guguran lava pijar sebanyak enam kali sepanjang malam.
“Guguran lava pijar juga terjadi sekitar enam kali dengan jarak luncur maksimum 600 meter ke arah Barat Daya,” ungkapnya.
Kegempaan juga masih terus terjadi, data terakhir tercatat gempa guguran sebanyak 32 kali dengan amplitudo 3-21 mm berdurasi 12-64 detik.
Gempa hembusan sebanyak tiga kali beramplitudo 5 mm durasi 9-11 detik, gempa hybrid/fase banyak sebanyak dua kali dengan amplitudo 5 mm berdurasi 9-16 detik. Sedangkan untuk gempa vulkanik terjadi sebanyak dua kali dengan amplitudo 34-75 mm berdurasi 10-38 detik.
Untuk potensi bahaya saat ini, BPPTKG mengatakan, masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Kali Putih sejauh 5 Km.
Selain itu lontaran material vulkanik juga masih menjadi potensi bahaya dari terjadinya erupsi eksplosif dari Gunung Merapi dengan radius 3 Km.
“Gunung Merapi berstatus Siaga (level III) sejak tanggal 5 November 2020 dan jika ada perubahan aktivitas maka statusnya akan ditinjau kembali,” tulis Heru Suparwaka penulis laporan harian perkembangan harian Merapi BPPTKG.
Kirim Komentar