Gudeg.net—Menikmati kopi sambil melahap jelitanya pemandangan—walaupun selalu nikmat—mungkin sudah jadi hal yang biasa kita temukan di berbagai warung dan kedai kopi di Jogja.
Ngopi sambil belajar atau sekadar melihat-lihat keris tentu baru kita temukan di Omah Dhuwung Warung Kopi dan Rumah Keris.
“Awalnya saya punya di sini (Wukirsari) belum saya pakai. Saya mau buat usaha di sini. Karena saya kolektor keris dan koleksi saya sudah banyak, kenapa tidak saya buat ruang pamer di sini,” cerita Ichwan Noor, pemilik Omah Dhuwung saat berbincang dengan Gudegnet, Minggu (14/2).
‘Dhuwung’ sendiri berarti ‘keris’ dalam bahasa Jawa halus. Ichwan sendiri tergabung dalam komunitas keris bernama “Lar Gangsir”. Tempat ini pun ia jadikan sebagai ‘markas’ untuk komunitasnya. Komunitas keris ini mengisi berbagai acara di Omah Dhuwung. Salah satunya “Pasar Sasen”.
Sesuai namanya, pasar ini diadakan satu bulan sekali di hari Sabtu dan Minggu, pekan pertama setiap bulannya. Di acara ini anggota komunitas maupun masyarakat umum penghobi keris dapat berinteraksi di bursa keris dan berdiskusi.
Ada pula lelang yang dapat diikuti semua orang. Di bursa kita bisa menemukan berbagai macam benda yang berhubungan dengan keris dan perawatannya.
Di pasar ini pula, kita bisa menemukan menu makanan tradisional seperti mangut, lodeh, cah buncis, tempe garit, dan macam-macam lainnya. Di hari-hari biasa kita hanya akan menemukan kopi dan makanan kecil. Untuk seporsi makanan berisikan paha ayam, sayur buncis, dan sambal, harga yang harus kita bayar Rp23.000.
Seperti kedai kopi kebanyakan, kedai ini menyediakan berbagai macam kopi arabica dan robusta, minuman berbahan dasar espresso, single origin macam Toraja, Gayo, dan lainnya.
Namun, yang harus dicoba adalah menu spesial yang bisa dibilang signature drink Omah Dhuwung; ‘Java de Olla’, ‘Bloody Sunrise’, dan ‘Spices Latte’.
Java de Olla adalah olahan kopi dengan rempah dan soda, Bloody Sunrise merupakan olahan kopi yang dikombinasikan dengan stroberi. Sedangkan Spices Latte juga merupakan olahan kopi dengan rempah-rempah dan susu.
Java de Olla dan Bloody Sunrise hanya dapat dinikmati dingin, sedangkan Spices Latte dapat dinikmati panas maupun dingin. Siang itu Gudegnet mencoba Spices Latte dingin. Gabungan cita rasa rempah, kopi, dan susu terasa sangat nikmat.
Varian kopi yang dapat dipesan cukup beragam. Ada Kopi Gula Aren, Americano, Cappucino, Kopi Hazelnut, Kopi Krim Keju, dan lainnya. Minuman selain kopi pun tersedia seperti Kombucha, Lime Tea, Thai Tea, Matcha Latte, dan Coklat.
Untuk menikmati minuman harga di kisaran Rp20.000-Rp30.000. Sedangkan makanan kecil seperti pisang goreng, kentang goreng, dan singkong berkisar di Rp10.000-Rp20.000.
Buka pertama September 2020, kapasitas duduk di tempat ini kira-kira 70 kursi. Terbagi di ruangan bagian luar dan dalam. Tempat duduk paling banyak berada di luar karena di dalam sebagian besar ruangan dipakai sebagai ruang pamer keris.
Jika penasaran ingin melihat keris ataupun mencoba kopi di Omah Dhuwung Warung Kopi dan Rumah Keris, lokasi berada di Desa Sembungan, RT.03/RW.21, Tanjung, Wukirsari, Cangkringan.
Selama Pengetatan Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM) jam buka tempat ini pukul 10.00-18.00 WIB. Namun, pria yang juga merupakan seniman dan dosen patung di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini berniat untuk mengubah jam buka menjadi pukul 12.00-20.00 WIB di masa mendatang.
Parkir kendaraan roda dua dan empat berada di belakang gedung dan cukup luas dan mudah aksesnya. Waktu terbaik tentu di sore hari agar duduk di luar ruangan terasa lebih syahdu.
Kirim Komentar