Gudeg.net—Cerita Sie Jin Kwi dalam lakon Wayang Cina Jawa buatan Gan Thwan Sing merupakan epos cerita kepahlawanan Sie Jin Kwi. Kisah ini merupakan legenda rakyat Tiongkok di masa pemerintahan Dinasti Tang (618-907 Masehi).
Sebagai seorang pahlawan dari legenda Tiongkok, Sie Jin Kwi memiliki watak satria Jawa, yaitu rasa spiritual (laku tapa/tapa brata), olah keprajuritan, dan welas asih. Mungkin karena ini lah, cerita Sie Jin Kwi gampang diterima di Jawa.
Masyarakat Indonesia banyak mengenal kisah Sie Jin Kwi sebagai lakon ‘Sang Senapati’ atau Kethoprak Sudiro. Kethoprak RRI Yogyakarta pernah mementaskannya sebanyak 25 episode dengan judul ‘Sudiro Sukma Macan Putih’.
Sebelum berada di AS, Sie Jin Kwi Ceng See adalah milik Dr. Walter Angst. Angst merupakan seorang doktor di bidang komunikasi kera, terutama kera gunung.
Penelitiannya tentang kera membawanya ke Ujung Kulon pada tahun 1973. Di sini lah ia pertama kali menyaksikan dan jatuh cinta pada wayang Nusantara. Pertunjukan wayang pertama yang ditontonnya adalah wayang golek.
Prof. Heidi Hinzler (kiri), Woro Mastuti, Dr. Walter Angst (Koleksi Woro Mastuti, 2010) Sumber: Wacinwa:Silang Budaya Cina-Jawa Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo, Yogyakarta
Angst banyak menghabiskan waktunya di Indonesia, khususnya di Jawa dan Bali, untuk menyaksikan pagelaran wayang. Ia fasih berbahasa Indonesia dan Jawa dan memiliki banyak koleksi wayang.
Saat meninggal di tahun 2014, ia meninggalkan 140 peti wayang klasik berupa Wayang Purwa, Wayang Golek, Wayang Lombok, Wayang Potehi, Wayang Beber, Wayang Bali, Wayang Madura, Wayang Cirebon, Wayang Klithik, dan Wayang Cina Jawa.
Angst membeli set Ceng See dari Dr. Friederich Seltmann, seorang Indolog dari Universitas Tubingen yang membeli satu set Wacinwa pada tahun 1960 di Yogyakarta.
Seltmann terobsesi untuk datang ke Jawa semenjak muda. Ia pertama kali menginjakkan kaki di pulau Jawa pada tahun 1937 dan sangat terkesan dengan budaya Jawa dan Bali.
Setelah Walter Angst meninggal, Sir Henry Angst, kakaknya yang tinggal di London mengelola koleksi wayangnya yang lalu diserahkan pada Yale University.
Baca juga:
Menelusuri Kisah Wacinwa: Awal Mula (Bagian I)
Menelusuri Kisah Wacinwa: Wayang Akulturasi yang Hanya Ada Dua di Dunia (Bagian II)
Menelusuri Kisah Wacinwa: Riwayatmu Kini (Bagian IV-Habis)
Kirim Komentar