Gudeg.net—Wayang Cina Jawa atau dikenal sebagai Wacinwa pertama ada pada tahun 1925 oleh Gan Thwan Sing. Tidak banyak yang mengetahuinya, tetapi ia adalah seorang jenius di bidang pewayangan.
Gan Thwan Sing lahir di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah pada tahun 1885. Ayahnya, Gan Ing Kwat, adalah seorang pedagang. Ia tumbuh bersama kakeknya yang masih memegang teguh tradisi Cina. Semakin tua, ketertarikan Gan Thwan Sing pada dunia seni jauh lebih besar daripada berdagang.
“Beliau (Gan Thwan Sing) adalah seorang peranakan Cina, yang sangat tertarik dengan budaya Jawa. Sehingga pada mudanya itu senang melihat wayang sampai selesai,” cerita Ery Sustiyadi, Kepala Seksi Koleksi, Konservasi, dan Dokumentasi Museum Sonobudoyo saat berbincang dengan Gudegnet pekan lalu.
Ia lalu pindah ke Yogyakarta pada awal abad ke-20 dan tinggal di gang sempit di Jogonegaran. Di sini lah ia menciptakan wayang kulit Cina-Jawa yang kemudian disebut Wacinwa oleh peneliti wayang, Dwi Woro Retno Mastuti (2004).
Sumber: Wacinwa:Silang Budaya Cina-Jawa Koleksi Museum Negeri Sonobudoyo, Yogyakarta
Gan Thwan Sing mempelajari seni pedalangan dan musik karawitan di sela-sela kehidupannya sebagai artis sandiwara (tonil) di organisasi teater amatir yang dikelola oleh kalangan Cina Peranakan di Yogyakarta.
Ia juga berkawan dengan banyak seniman Jawa. Salah satunya adalah seorang pemain kethoprak, Glinding Setopangarso. Merasa ilmunya sudah cukup, ia pun memiliki gagasan untuk menciptakan suatu bentuk baru wayang kulit.
Legenda klasik Tiongkok digunakan sebagai materi cerita/lakon wayang. Sementara tata cara dan pertunjukannya menggunakan pola pertunjukan wayang kulit purwa lengkap dengan musik pengiring berupa gending Jawa.
Pementasan Wacinwa membutuhkan peralatan pementasan (cempala, kotak wayang, keprak, blencong, kelir), latihan karawitan pengiring bagi niyaga, dan lainnya. Semua ini membutuhkan biaya.
Gan Thwan Sing mendapatkan bantuan dari seorang pedagang besar yang menyukai pertunjukan tradisional bernama Oey See Toan.
Baca juga:
Menelusuri Kisah Wacinwa: Wayang Akulturasi yang Hanya Ada Dua di Dunia (Bagian II)
Menelusuri Kisah Wacinwa: Perjalanan dari Tenggara ke Barat (Bagian III)
Menelusuri Kisah Wacinwa: Riwayatmu Kini (Bagian IV-Habis)
Kirim Komentar