Gudeg.net—Menelusuri jalan ke arah Yogya bagian barat, kita akan menemukan kedai yang rimbun dan asri dengan tanaman-tanaman tropis di penjuru kedai. “Kedai Ramban” nama tempat ini.
“Kata ‘ramban’ sendiri itu dari bahasa Jawa, ‘ngramban’. Jadi kalau kita mau bikin sayur lodeh atau sayuran apa, itu kita mengambil sesuatu dari halaman kita,” ujar Renda Duana Putri, pemilik kedai saat berbincang dengan Gudegnet pekan lalu.
Filosofi dari Kedai Ramban adalah bagaimana kita mengolah bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Hal ini berkaitan dengan bisnisnya yang lain, sebuah pertanian lahan sempit organik.
Sayuran yang diolah di kedai ini banyak yang berasal dari kebun mereka sendiri. “Jadi kita sirkular,” ujar Renda lagi.
Kedai ini selalu berusaha untuk mengangkat yang sudah ada. Tidak hanya soal makanan dan bahannya, furnitur yang ada di kedai ini pun banyak yang merupakan milik kakek dan neneknya.
Furnitur-furnitur ini, menurut Renda, banyak yang sudah tua dan mengendap di gudang. Tegel yang ada di beberapa spot di kedai ini pun menggunakan sisa dari pembangunan gedung bisnis lain milik keluarganya.
Bahkan, tanaman-tanaman yang ada di kedai ini hampir seluruhnya diangkut dari kebun ibunya, Delia Murwihartini. Lokasinya pun merupakan lahan parkir Dowa yang dialihfungsikan.
Menu yang bisa kita nikmati di sini adalah menu Nusantara yang sudah akrab di lidah. Salah satu andalannya adalah Sate Ayam dengan acar yang dibuat sendiri. Tidak dengan cuka, tetapi menggunakan lemon.
Karena banyak yang berasal dari kebun sendiri, kita akan menemukan banyak menu-menu seasonal atau hanya pada musimnya. Seperti misalnya saat Gudegnet berkunjung, ada Es Lemon Mint dan Es Tomat yang segar.
Signature menu di Kedai Ramban akan berubah-ubah menurut hasil kebun. Jadi, kita bisa selalu menemukan kejutan-kejutan lezat di Kedai Ramban.
“Seperti sekarang, kita lagi panen terong, nih, sampai dua minggu ke depan. Menu andalannya adalah Terong Cabe Garam. Jadi, kalau kata orang sekarang, farm to table,” ujar perempuan yang baru kembali ke Indonesia setelah menetap di London ini.
Renda sangat serius dan berkomitmen menjaga bisnisnya sedekat mungkin zero waste atau nirlimbah. Dia mengakui, bahwa untuk menjadi bisnis yang 100% nirlimbah hampir tidak mungkin karena sangat sulit menghindari plastik di dunia horeka (hotel, restoran, kafe).
Sampah organik yang dihasilkan oleh Kedai Ramban dikumpulkan lalu dikompos di tempat kompos di kebunnya. Pupuk kompos dalam bentuk cair dan padat kemudian dipakai untuk menyuburkan kebunnya.
“Jadi, spesialnya Ramban, ya itu. Gak cuma makanan, tetapi banyak step step di belakangnya sebelum jadi makanan. Re-use, upcycle, sebisa mungkin kita lakukan,” ujarnya.
Selain makanan, kita juga bisa datang untuk sekadar kongko dan ngopi. Kedai yang buka pertengahan Desember 2020 ini menyediakan kopi Toraja dan Dampit.
Setiap dua minggu sekali, Kedai Ramban berusaha untuk mengadakan acara. Agendanya masih terkait dengan prinsip dan filosofi yang dipegang kedai ini.
Menurut Renda, hal ini ia lakukan agar kedai tidak hanya menjadi tempat untuk makan dan nongkrong saja, tetapi bisa untuk beraktivitas. Beberapa agenda yang sudah pernah ada seperti workshop Eco-print, Bazar Tanaman, melukis pot, dan lainnya.
Konsepnya yang terbuka membuat tempat ini cukup aman untuk mengadakan acara. Lahan parkirnya pun luas. Kapasitas duduk maksimal lebih dari seratus, tetapi di masa pandemi jarak meja dijauhkan.
Sore hari menjadi saat yang tepat untuk mengunjungi kedai. Selain udara tidak begitu panas, jatuhnya cahaya membuat lokasi ini cantik untuk berfoto atau swafoto.
Kedai ini berlokasi di Jalan Godean km 7 No. 18-19, Sidomoyo, Kabupaten Sleman. Buka setiap hari pukul 13.00-20.30 WIB.
Kirim Komentar