Gudeg.net—Wayang identik dengan kesenian yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan orang tua. Tak terbayang dalang yang bercerita dengan seru, sembari dengan lincah memainkan wayang dapat dilakukan oleh seorang anak kecil berusia 9 tahun.
“Awalnya dia nanya-nanya tokoh wayang. Itu dari umur tiga tahun,” ujar Ginong Pratina, ibu dari wayang cilik, Bernardus Handaru Gantari, saat diwawancarai di sela-sela penobatan pemenang Festival Dalang Anak (FDA) Sleman 2021 beberapa saat lalu.
Ndaru, panggilan akrabnya, ikut menyimak saat ibunya menonton kisah Mahabharata. Saat Ndaru masih kecil, pertanyaan yang ia berikan masih seputar tokoh. Lama kelamaan, pertanyaan yang ia ajukan semakin banyak tentang Mahabharata.
Perempuan yang akrab dipanggil Tina ini lalu berinisiatif untuk membelikan poster yang berisikan tokoh-tokoh tersebut. Dari poster tersebut, Ndaru lalu terus menanyakan kisah-kisah tokoh tersebut.
“Sama ayahnya lalu dibelikan buku Mahabharata yang tebel itu,” ujar Tina lagi.
Tina membacakan buku tersebut setiap malam. Setelah habis satu cerita, Ndaru terus meminta untuk dibacakan kisah lanjutannya walaupun Ndaru sudah dapat membaca sendiri. Setelah Tina tertidur, ternyata Ndaru meneruskan membaca buku tersebut.
Keingintahuan Ndaru tentang kisah tersebut semakin mendalam. Saat duduk di TK Nol besar, Ndaru membuat buku bersama teman-temannya untuk tugas sekolah. Ia mengarang kisah tentang Pandawa Lima.
Perjalanan dalang Ndaru bermula dari Hari Anak Misioner di gereja. Di pementasan ini lah, ia pertama kali tampil sebagai dalang dengan skenario yang ia tulis sendiri.
“Senengnya karena wayang itu unik. Budaya adiluhung yang harus kita lestarikan. Bentuk wayang itu beragam, ada yang gini, ada yang besar, ada yang kecil, ada yang nadanya rendah, ada yang tinggi,” cerita Ndaru saat ditanya mengenai kesukaannya terhadap wayang.
Pada 2019, Ndaru ingin mengikuti FDA Sleman, tetapi Ndaru, yang saat itu berumur tujuh tahun, belum cukup umur untuk mengikutinya.
Oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Sleman Ndaru diberi kesempatan untuk tampil sebagai peserta penggembira. Ini adalah momen pertama Ndaru tampil dengan format lengkap. Saat itu, ia membawakan lakon “Semar Boyong”.
Mengikuti festival ini mempertemukan Ndaru dengan guru mendalangnya saat ini, Ki Sudiyono Cermo Kondo. Setiap ada pagelaran wayang di desa yang didalangi oleh Ki Sudiyono, Ndaru ikut menjadi dalang pembuka.
Dari penampilan tersebut, dalang cilik yang duduk di kelas dua sekolah dasar ini, diundang untuk mendalang ke banyak tempat, termasuk membuka untuk almarhum Ki Seno Nugroho pada Maret 2020.
Di masa pandemi, banyak pegelaran wayang yang ditiadakan. Ndaru menyibukkan diri dengan menggambar, menulis skenario, dan membaca. Ia juga banyak menghabiskan waktu di sanggar Ki Sudiyono.
Pada FDA 2020, Ndaru yang sudah berusia delapan tahun akhirnya dapat menjadi peserta. Saat itu, ia menyabet juara tiga dengan membawakan lakon “Aji Narantaka”.
Sejak saat itu, ia mendapat undangan dari mana-mana, termasuk dari Magelang, Bantul, dan Balikpapan.
Ndaru mengaku bagian favorit dari mendalang adalah jalan ceritanya. Ia memang selalu didorong oleh Tina untuk banyak membaca. Tina percaya, dengan membaca, minat anak akan ditemukan dengan lebih mudah.
Saat ditanya apakah ia merasa grogi sebelum mulai mendalang, Ndaru menjawab ‘tidak’ dengan mantap. Selama enam tahun menekuni wayang, dalang cilik yang mengidolakan almarhum Ki Seno ini, tidak pernah sekalipun merasa jenuh. Ki Seno, menurut Ndaru, memiliki suara yang khas. Tidak hanya itu, gaya sulukan, gaya perangnya pun khas.
“Aku selama dia tidak mengeluh, ku biarin,” ujar Tina lagi. Di rumah pun, ayahnya memfasilitasi kegiatan mendalang Ndaru. Kelir, keprak, cempala, wayang, blencong, semuanya ada di rumah.
Jika ia ditinggal di rumah, dia akan mendalang. “Dulu di lantai dua, jadi jam 9-jam 10 begitu, orang-orang di desa ada hiburan,” ujar Tina lagi seraya tertawa.
Kegiatannya ini, membuat masyarakat sekitar paham betul dengan aktivitas Ndaru. Jika tidak ada suara dalang, mereka akan bertanya apakah Ndaru sedang pergi.
Tidak hanya sendirian, Ndaru pun sukses mengajak teman-temannya untuk menyukai wayang dan mendalang. Di FDA Sleman 2021, ada dua orang peserta yang merupakan teman yang ia ajak.
Ndaru yang bersekolah di SD Kadisobo II ini, ingin tetap mendalang hingga dewasa nanti. Ia bahkan sudah mencari-cari institusi tinggi untuk mendalami wayang. Walaupun begitu, bocah ini bercita-cita untuk menjadi Romo.
Sukses ya mas Ndaru...luar biasa..
Kirim Komentar