Gudeg.net—Galeri seni MayinArt asal Singapura akan membuka galerinya di Yogyakarta. Menandai pembukaan ini, MayinArt akan menggelar pameran seni yang diselenggarakan secara hybrid, luring dan daring, 4-9 Juli 2021 mendatang.
Pameran bertajuk “If Walls Could Speak” ini secara luring dapat disaksikan di Kantor utama MayinArt di Indonesia, beralamat di Perumahan Sonosewu Baru 446, Yogyakarta pukul 09.00-21.00 WIB.
"If Walls Could Speak" adalah seri pameran seni yang diselenggarakan oleh MayinArt Gallery sejak tahun 2009 di Singapore. Tahun ini, selain di Yogyakarta, MayinArt juga akan melangsungkan pameran di Jakarta.
MayinArt merupakan platform kurasi seni daring yang hadir dengan pilihan seimbang antara seniman mapan dan seniman baru dari berbagai negara dengan fokus utama Indonesia dan India.
“Secara khusus, MayinArt mendedikasikan diri untuk mengungkap bakat-bakat kreatif dari seniman-seniman yang tinggal di daerah terpencil, dan membawa karya mereka yang menakjubkan kepada pecinta seni di seluruh dunia. Kami hadir untuk memuaskan hasrat seni para kolektor berpengalaman, sekaligus kolektor muda yang baru lahir,” ujar Deti Lucara, PIC MayinArt dalam keterangan resmi yang diterima Gudegnet, Rabu (30/6).
Dalam pameran ini, sebanyak 21 seniman dan lebih dari 40 karya akan dipamerkan. Gaya yang ditampilkan pun beragam; realisme, surealisme, hiperalisme, abstrak, ekspresionisme, hingga karya instalasi 3D.
Beberapa seniman yang meramaikan pameran ini ada AT Sitompul, Budi Ubrux, Choerudin Roadyn, Deddy PAW, Elisa Faustina, Fatoni Makurodi, Fery Eka Chandra, Giring Prihayatsono, Heri Cahyono, Hono Sun, dan masih banyak lainnya.
Kita juga akan dapat menyaksikan karya Ugo Untoro dan teman-teman yang tergabung dalam kelompok seni eksperimen "The Art of Choosing", yang akan hadir dengan karya instalasi kolaborasi.
Tema "If Walls Could Speak" merupakan sebuah upaya untuk merespon dan menginterpretasikan dinding atau ruang dalam arti luas; ruang di mana kita hidup, berubah, dan tumbuh, baik itu ruang publik ataupun ruang pribadi.
Ruang memiliki kesamaan makna sebagai tempat berpijak dan berekspresi baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Di masa pandemi, konsep ruang ditantang dan dipertanyakan seperti belum pernah terjadi sebelumnya.
Ruang kini berubah menjadi sekat yang membatasi ruang gerak kita. Sebuah ruang sosial yang luas dengan segala aktivitasnya yang kompleks harus dilipat ke dalam ruang personal yang sempit.
“Disinilah seni menemukan perannya sebagai daya penggerak, katarsis dan juga terapi yang menstimulasi jiwa dan raga yang menolak untuk tunduk pada ruang-ruang isolasi dan lockdown yang memenjarakan raga kita,” jelas Deti.
Kirim Komentar