Gudeg.net- Iber Jamal, pria berumur 77 tahun penduduk asli Desa Pilang, Palangkaraya, Kalimantan Tengah sepanjang hidupnya berjuang untuk mendapatkan hak waris hutan adat yang ditempatinya.
Demi ditukar dengan uang, hutan adat tempat Iber tinggal pun tidak luput dari penggundulan atau deforestasi. Berbagai langkah ia lakukan demi hutan adat yang ditempatinya dapat kembali seperti sediakala.
Berdasarkan cerita Iber itulah, sang Sutradara, Arfan Sabran dan Produser Gita Fara membuat film dokumenter berjudul The Flame.
Film yang mengangkat isu krisis iklim dan lingkungan hidup ini menjadi salah satu film ditayangkan ekslusif di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021 (JAFF), 27 November-4 Desember 2021 di Empire XXI, Yogyakarta.
Film ini diproduksi bersama oleh Abimata Group, Cineria Film, RIM Cine Makassar dan Aljazeera Documentary Channel. Selain itu film ini juga bekerjasama dengan yayasan milik Dian Sastrowardoyo dan Citra Subiakto dari Sejauh Mata Memandang.
Arfan, mengatakan, The Flame tidak hanya menyuguhkan kisah perjuangan pelestarian hutan adat ke hadapan penonton Indonesia, tapi juga bisa ditonton oleh para pegiat film di Asia.
“Kami merasa bangga bisa membawa film “The Flame” ke hadapan para penonton secara langsung melalui Jogja NETPAC Asian Film Festival 2021 (JAFF),” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Gudegnet, Senin (29/11).
“The Flame” merupakan film dokumenter panjang pertama karya Arfan Sabran dan telah tayang di sejumlah festival film di dunia, seperti Vision du Reel Film Festival di Swiss, DMZ Documentary Film Festival di Korea, dan Bifed, Ecology Film Festival di Turki.
Film ini juga berhasil meraih nominasi film dokumenter panjang terbaik pada Festival Film Indonesia 2021. Selanjutnya, film dokumenter berdurasi sekiatr 76 menit ini juga akan tayang di Singapore International Film Festival pada Desember 2021.
Arfan menjelaskan, The Flame mengajak penonton untuk memahami makna penting tentang hutan adat yang memiliki arti sebagai simbol kehidupan, keseimbangan, dan kebijaksanaan.
“Film dokumenter ini tidak hanya menceritakan kisah perjuangan Iber Djamal, namun juga mengangkat cerita hubungan yang berbeda antara hutan adat dan lintas tiga generasi yaitu Iber Djamal, putranya, dan cucunya,” ungkapnya.
Sementara itu, Produser The Flame, Gita Fara berharap, dengan penayangan film “The Flame” di JAFF dapat membantu mempercepat dan memperluas edukasi terkait isu lingkungan hidup.
“Semoga dapat mengedukasi masyarakat, terutama untuk hutan adat yang kian punah. Kami juga mengadakan sesi diskusi film yang diharapkan dapat menjadi salah satu jembatan yang menghubungkan tujuan kami untuk mengangkat isu krisis iklim dan deforestasi hutan adat,” harapnya.
Kirim Komentar