Gudeg.net – “ArtJog tahun ini pastinya sepertinya kita dipaksa lari setelah (berlalunya) pandemi Covid-19. (Dinamika) tahun 2020 ArtJog (dalam penyelenggaraan) silent, tahun 2021 (penyelenggaraan) lebih silent lagi mengingat adanya kebijakan PPKM level 4, dan tahun lalu kita masih membatasi kunjungan karena aturan dari pemerintah ketika itu pandemi masih melanda dunia. Saat ini saat Presiden RI telah mengumumkan bahwa (status Covid-19) sudah menjadi endemi, mudah-mudahan apa yang saya katakan kita dipaksa berlari itu bisa menghadirkan seniman dan karyanya yang tidak biasa di ArtJog sebelumnya.”
Penjelasan tersebut disampaikan CEO ArtJog Heri Pemad dalam jumpa media tentang kesiapan penyelenggaraan ArtJog 2023 di Artotel suites Bianti Yogyakarta, Kamis (22/6) siang.
Dengan mengangkat tajuk “Motif : Lamaran” ArtJog 2023 akan dibuka pada Jumat (30/6) dan berlangsung hingga 27 Agustus 2023 di Jogja National Museum (JNM) Jalan Prof. Dr. Ki Amri Yahya No. 1, Pakuncen, Wirobrajan – Yogyakarta.
Pameran ArtJog 2023 akan melibatkan 73 seniman terdiri dari 51 seniman muda-dewasa dari jalur undangan dan panggilan terbuka, serta 22 seniman anak-remaja.
“Motif tidak sekedar yang kita lihat, apa yang kita serap melalui mata karena hal tersebut terkait dengan seni rupa, namun ada sesuatu yang disembunyikan dalam motif.” papar salah satu kurator ArtJog 2023 Hendro Wiyanto saat jumpa media.
Hendro menjelaskan dalam khasanah Bahasa Indonesia istilah “motif” setidaknya memiliki dua makna. Pertama, motif bisa berarti corak, gaya, pola, warna, komposisi, sehimpunan tanda, lambang ataupun simbol. Pendeknya, ragam rupa yang hadir pada suatu bentuk tertentu dan dengan segera dapat kita persepsi. Melalui persepsi atas motif tertentu—mengikuti maknanya yang pertama—suatu bentuk hadir di hadapan kita.
Kedua, motif juga diartikan ide-ide, tema atau gagasan pokok, alasan utama bertindak, dorongan, nalar atau motivasi seseorang melakukan sesuatu. Kalau dalam arti pertama motif adalah kehadiran citra-citra visual, yang kedua lebih berhubungan dengan keadaan yang tidak kasat mata.
Hendro menambahkan seringnya seniman menjelajahi atau tertarik dengan isu-isu besar katakanlah dengan tema tertentu yang menarik perhatian yang aktual, yang politikal dan seterusnya membuat mereka terlupa bahwa salah satu pekerjaan utama seniman adalah mengerjakan motif terutama kedalam bahasa rupa maupun kemungkinan-kemungkinan yang muncul dari medium yang digunakan, simbol-simbol baru termasuk antisimbol, motif-motif baru ataupun yang tidak ada motifnya,
“Pada ArtJog kali ini mencoba memulai pengalaman pertama-tama melihat motif-motif apa yang dikerjakan seniman yang mereka jelajahi, terliti kali ini. Motif menjadi pintu masuk mengingat itu hal pertama yang harus dikerjakan justru karena ini yang pertama-tama berhadapan dengan karya seni rupa.” jelas Hendro.
Dalam batasan kuratorial tersebut, ArtJog 2023 menawarkan tiga karya -dua buah karya fiksi dan satu esai kritis- untuk program Open Call bagi perupa muda berusia dibawah 35 tahun. Salah satu tujuannya adalah mendekatkan perupa muda pada khasanah teks dalam dunia seni dan kebudayaan di Indonesia, yang agaknya kurang diakrabi oleh kalangan seniman pada umumnya.
Ketiga karya tersebut adalah puisi berjudul Laut karya mendiang kritikus-penulis seni rupa Sanento Yuliman yang pernah diterbitkan pada majalah sastra Horison (Desember 1967). Kedua, Abrakadabra yang merupakan judul cerita pendek karya mendiang Danarto yang ditulis pada 1974, lalu terbit dalam kumpulan cerpennya yang terkenal, Godlob (1974). Serta karya esai berjudul Misteri: Bagian dari Kekenesan Seniman. Artikel yang terbit di koran Sinar Harapan (1983) ini sesungguhnya adalah renungan mengenai tuntutan agar kritik seni menjadi sesuatu yang ilmiah.
Selain pameran seni rupa sebagai event utamanya, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya ArtJog juga menghelat beberapa program pendukung dan terjadwal seperti: Young Artist Award, Exhibition Tour, ArtJog Kids, Meet the Artist, Performa ArtJog menggantikan program Weekly Performance menghadirkan empat subprogram, yaitu Main Performance yang menampilkan seniman-seniman dengan praktik artistik yang berdedikasi pada sejarah seni pertunjukan Indonesia, Artcare, serta Jogja Art Weeks.
Untuk mengunjungi pameran ArtJog 2023, publik dapat membeli tiket seharga Rp. 75.000,00 yang bisa diperoleh melalui pembelian langsung di lokasi JNM. Pengunjung dapat menikmati pameran dan rangkaian kegiatan selama jam operasional pukul 10.00–21.00 WIB. Sedangkan informasi dan pendaftaran untuk program pendukung lain seperti ArtJog Kids, performa•ArtJog, Meet the Artist, dan Exhibition Tour bisa diakses melalui laman www.artjog.id.
Kirim Komentar