![Metafora di Jagongan Wagen Metafora di Jagongan Wagen](/images/upload/metaphora01.jpg)
Kelompok musik yang beranggotakan Darman (Perkusi, Vocal/Backing Vocal), Joel Lennon (Electric Guitar, Vocal/Backing Vocal), Caesar (Drum, Perkusi, Vocal/Backing Vocal), Andi Gomez (Keyboard, Synthesizer, Backing Vocal), Indra Gupta (Bass Guitar, Backing Vocal), Purnomo (Backing Vocal, Saxophone, Flute), Ucok (Biola, Backing Vocal), Hairani (Backing Vocal), Aan (Vocal/Backing Vocal, Perkusi), selama dua jam lebih membawakan nomer-nomer yang hampir semuanya dihiasi dengan idiom-idiom dan warna-warna lokal dari beberapa macam latar belakang budaya.
Hal tersebut dapat didengarkan dari nomer Tung Alung Alung, Kekeberen ni Pejuang, Perueren, Dansa Gayo, dan Penglime, yang dinyanyikan dengan menggunakan Bahasa Aceh Gayo, akan tetapi warna-warni musik dan irama yang menyertainya mengambil dari wilayah-wilayah kultural lain di luar Aceh Gayo, bahkan ada beberapa nomer mengambil unsur-unsur musikal dari luar Indonesia.
Sementara itu pada nomer Ho Ho Hi He, dicoba untuk menampilkan kompleksitas Ho Ho Hi He yang merupakan sejenis mantra penumbuh rasa kasih sayang pada jaman dahulu oleh suatu masyarakat di daerah Sumetera, namun pada bagian lain, idiom tersebut juga merupakan sebuah ungkapan khas dari Surabaya untuk hubungan laki-laki dan perempuan. Sebagai penutup, nomer terakhir yang dibawakan adalah Zlebar - Zlebor, yang diinspirasi oleh permainan anak-anak jaman dahulu di Makassar.
![Metafora di Jagongan Wagen Metafora di Jagongan Wagen](/images/upload/metaphora02.jpg)
Alih-alih demikian, hampir dalam setiap nomer yang dibawakan, penonton selalu memberi respon dan tanggapan yang positif, baik dari sekedar mengangguk-anggukan kepala atau mengetuk-ngetukkan telapak kaki ke tanah, sampai ada beberapa penonton yang ikut bersorak mengikuti musik yang dimainkan, yang memang hampir semua nomer yang dimainkan malam itu sangat memancing pendengar untuk ikut bergoyang.
Pertunjukkan yang berakhir sekitar pukul 22:00 WIB itu, cukup menambah wawasan para penonton mengenai sebuah bentuk corak musik yang relatif baru, tanpa harus memahami apakah itu psychedelic rhythm, rock advangarde, atau art rock.
Selain itu, pertunjukan malam tadi juga ternyata bertepatan dengan satu tahun bergulirnya Program Jagongan Wagen, dan menurut Besar Widodo yang menjabat Direktur Program Yayasan Bagong Kussudiardja, jika tidak ada aral melintang, kelak akan diperingati dengan beberapa bentuk pertunjukkan seni.
Foto Oleh: Erson Wartajazz
Kirim Komentar