Krisis energi yang dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah telah membuka mata berbagai pihak, baik masyarakat awam, pemerintah, maupun akademisi, bahwa kelangkaan sumber energi merupakan masalah mendesak yang memerlukan perhatian serius.
Dalam waktu dekat, krisis energi berpotensi memperlambat gerak produksi, dan mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi hingga berakibat pada penurunan pendapatan dan daya beli, yang dapat menyebabkan kelumpuhan ekonomi rakyat.
Dosen Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta, Dr.Ir.Widayati,MT, Rabu (18/06) kepada wartawan mengatakan, krisis BBM yang merupakan awal dari krisis energi, memicu respon masyarakat untuk melakukan efesiensi energi. Aksi ini mendasar pada asumsi bahwa salah satu sumber krisis energi adalah perilaku masyarakat yang boros dalam konsumsi energi.
"Untuk mengatasi krisis energi, kita perlu memanfaatkan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar seperti pemakaian tenaga surya, angin, air, atau pengembangan energi nabati seperti penanaman jarak pagar, pemakaian minyak sawit," katanya.
Pemakaian energi alternatif, tambah Widayati, merupakan jawaban yang tepat atas menipisnya sumber-sumber energi fosil yang menjadi sumber BBM.
"Jika alternatif penghematan energi ini bisa dikembangkan, tentu saja berdampak positif bagi pemerintah yakni dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dalam hal ini minyak bumi merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi subsidi," tambahnya.
Dalam waktu dekat, krisis energi berpotensi memperlambat gerak produksi, dan mengakibatkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi hingga berakibat pada penurunan pendapatan dan daya beli, yang dapat menyebabkan kelumpuhan ekonomi rakyat.
Dosen Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta, Dr.Ir.Widayati,MT, Rabu (18/06) kepada wartawan mengatakan, krisis BBM yang merupakan awal dari krisis energi, memicu respon masyarakat untuk melakukan efesiensi energi. Aksi ini mendasar pada asumsi bahwa salah satu sumber krisis energi adalah perilaku masyarakat yang boros dalam konsumsi energi.
"Untuk mengatasi krisis energi, kita perlu memanfaatkan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar seperti pemakaian tenaga surya, angin, air, atau pengembangan energi nabati seperti penanaman jarak pagar, pemakaian minyak sawit," katanya.
Pemakaian energi alternatif, tambah Widayati, merupakan jawaban yang tepat atas menipisnya sumber-sumber energi fosil yang menjadi sumber BBM.
"Jika alternatif penghematan energi ini bisa dikembangkan, tentu saja berdampak positif bagi pemerintah yakni dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dalam hal ini minyak bumi merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi subsidi," tambahnya.
Kirim Komentar