
Jangan hanya sekedar lewat kata, penghargaan dan tanda jasa semata. Balutlah mereka dengan kanvas walaupun hanya sekali gores. Itulah yang dilakukan oleh para perupa tanah air kita yang berasal dari Yogyakarta, Bali dan Malang. Lewat pameran seni rupa "Contemporary Heroes" yang berlangsung pada tanggal 15 November-7 Desember 2008 di , 24 perupa kita mencoba mengartikan pahlawan lewat coretan kanvas masing-masing. "Dalam pameran ini kita bisa melihat interpretasi mereka tentang arti pahlawan," ujar Wahyudin, kurator pameran di Tujuh Bintang Art Space (15/11).
Dhudhung, Sjoeari Subardja, F. Sigit Santoso, Hadi Soesanto, Hari Budiono, I Made Mahendra Mangku, I Wayan Kun Adnyana, Iqrar Dinata, Joko Gundul, Lelyana, Maslihar, Nurjoko, Risdi Winarno, Roby Fatoni, Samuel Indratma, Setyo Priyo Nugroho, Suatmadji, Totok Buchori, Yudi Sulistya, Yuswantoro Adi mencoba membahasakan pahlawan lewat bahasa seni rupa. Dengan menggunakan simbol dan analogi, karya-karya yang ikut serta dalam pameran ini membuka peluang terjadinya percakapan intrapersonal antara sang penatap dan sang perupa.
Layaknya sebuah strategi perang, karya-karya yang masuk dikurasi dengan cepat dan tepat sampai titik darah penghabisan (tiga bulan). "Hasilnya kita dapat melihat para perupa ini mengisyaratkan pilihan-pilihan moral terhadap sosok pahlawan yang tergurat dalam karya mereka," tutur Wahyudin. Dalam karya mereka kita juga diperlihatkan sosok anti hero, penjahat, dan pecundang yang merupakan lawan dari pahlawan. Itu sebabnya pahlawan tak pernah bertarung sendirian.
Kirim Komentar