Pariwisata

Kawasan Malioboro Perlu Pembenahan

Oleh : Dude / Senin, 00 0000 00:00
Kawasan Malioboro Perlu Pembenahan

Malioboro YogyakartaApa kabar Malioboro? Kawasan yang dulunya nyaman, bersih, dan indah itu kini hampir tak lagi memberikan kesan menarik bagi setiap pengunjung yang singgah di tempat tujuan utama pariwisata di Kota Yogyakarta itu.

Kini, kesan semrawut dan kumuh justru menjadi pemandangan sehari-hari yang harus dinikmati wisatawan dan masyarakat di jalan sepanjang sekitar satu kilometer tersebut.

Mungkin tidak mungkin ikon pariwisata Kota Yogyakarta ini berfungsi kembali menjadi seperti yang dulu lagi, namun paling tidak harus ada penataan kembali agar Malioboro tidak ditinggalkan oleh wisatawan.  
       
Semua pihak yang berkepentingan dengan Malioboro seperti Pemerintah Kota Yogyakarta, pedagang kaki lima, dan pengusaha harus mulai memikirkan ulang apa yang pantas ada dan tidak di malioboro untuk tetap menarik perhatian wisatawan.

Pemerintah Kota Yogyakarta sendiri menganggap Malioboro butuh pembenahan dalam berbagai bidang. Tak hanya tempat parkir yagn berjubel, PKL yang semrawut, tapi hingga pedagang makanan yang cenderung memasang harga yang tak masuk akal.      

"Maliboro sudah masuk kategori warning. Banyak orang bilang, hati-hati kalau datang ke Malioboro. Selain tidak nyaman, makanannya juga mahal. Hal-hal semacam ini membuat Malioboro di mata wisatawan menjadi turun," kata Wakil Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti pada sebuah diskusi menata Malioboro di Hotel Inna Garuda, beberapa waktu lalu (19/02).

Haryadi berpendapat, kondisi Maliboro akan berbanding lurus dengan wisatawan khususnya dari luar daerah dan luar negeri yang akan berkunjung. Menurutnya, jika kawasan Malioboro tidak bersih dan nyaman, maka wisatawan khususnya domestik akan berkurang. Jika berkurang, nilai transaksi dan pendapatan pelaku usaha juga ikut menyusut.

Sementara itu dari sudut pandang budayawan yang juga Kerabat Kraton Yogyakarta HRM Tirun Marwito, penataan Malioboro harus satu paket dengan penataan kawasan lain, seperti Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Alun-alun Utara. Dalam pengatamannya, Malioboro memiliki ciri khas yang tak dimiliki daerah lain.

"Malioboro pernah ditiru di Pontianak, namun gagal karena tidak mampu merangkul semua elemen masyarakat. Nah, Malioboro bisa berkembang karena ada rasa persatuan dan kesatuan atau golong-gilig pelakunya," katanya.

Tritun berharap, bersamaan dengan penyelenggaraan Pasar Malam Perayaan Sekaten selayaknya Pemkot Yogyakarta memberikan perhatian khusus kepada Malioboro.

"Nuansa Yogya sangat kurang sekali di Malioboro. Akan lebih baik ritual budaya Sekaten ini juga diabadikan di sepanjang kawasan Malioboro. Bisa dipasang pengeras suara jadi bunyi gamelan itu terdengar. Atau videotron juga menampilkan seluruh rangaian Sekaten tersebut," ujarnya.

Dalam diskusi tersebut, hadir juga pelaku dan komunitas Malioboro seperti PKL, pengrajin, penjual angkringan, juru parkir, tukang becak dan kusir andong serta Muspika Kecamatan Danurejan, Gedong Tengen dan Gondomanan.

0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini