![Lawak Indonesia Mau Ke Mana? Lawak Indonesia Mau Ke Mana?](/images/upload/Quo_Vadis_Lawak.jpg)
Pertunjukkan yang disutradarai oleh Anang Batas dan Yu Beruk ini, merupakan bagian akhir dari rangkaian kegiatan yang bertajuk Lawak Indonesia Mau Ke Mana?, yang terdiri dari tiga macam acara.
Sebagai awal dari rangkaian kegiatan tersebut, pada Sabtu yang lalu (27/06) diadakan Kuliah Umum dengan pemateri Darminto M. Sudarmo (Mantan Redaktur Majalah Humor), Eko Bebek (IDEA Production, EO), dan Mbak Melko (Personil Pangkur Jenggleng, Perempuan Pelawak).
Lalu, Minggu (28/06) kegiatan yang dilaksanakan adalah Workshop Lawak. Kegiatan yang sifatnya tertutup dan khusus peserta ini diikuti oleh perwakilan praktisi dan pemerhati lawak dari daerah-daerah, dengan dimoderatori oleh Kusen Ali dari Yayasan Umar Kayam, Sholahudin dari Jojoncenter Dokumentasi Komedi Indonesia, Anang Batas, dan Yu Beruk. Dari workshop tersebutlah pementasan lawak kemarin malam tersebut diwujudkan.
Sesungguhnya, niatan yang melatarbelakangi pementasan ini amat baik yaitu ingin menyuguhkan lawakan dari berbagai daerah di Indonesia dengan harapan dapat membuka wawasan baru kepada para penikmat lawak yang ada, bahwa sesungguhnya lawakan itu tidak hanya ala Jakarta atau ala Mataraman saja.
![Lawak Indonesia Mau Ke Mana? Lawak Indonesia Mau Ke Mana?](/images/upload/Quo_Vadis_Lawak_02.jpg)
Hal ini terbukti dengan berhamburannya tawa penonton ketika yang muncul adalah pelawak yang memiliki latar belakang budaya cukup dekat dengan mereka, misalnya Pak Ndower dan Yu Tini dari Semarang.
Selain itu, bisa jadi persiapan mereka yang sangat singkat sesuai lamanya kegiatan yang merupakan hasil kerjasama dari Yayasan Umar Kayam, Yayasan Bagong Kussudiardja, Jojoncenter. Sebikom, dan HIVOS ini, sehingga nampaknya tidak semua pelawak dan sutradara dapat dengan maksimal menampilkan apa yang terbaik dari mereka.
Namun demikian, rangkaian kegiatan Lawak Indonesia Mau Ke Mana?, ini paling tidak berhasil kembali mengingatkan kita bahwa selain lawak --kalau memang bisa disebut demikian-- yang sering muncul di televisi yang makin lama nampak makin seragam dan serupa satu sama lainnya, sebenarnya masih ada lawakan-lawakan lain yang berasal dari berbagai macam budaya di Indonesia, yang semakin hari dirasakan semakin asing di negaranya sendiri.
Foto: Shintya Rosa
Kirim Komentar