Realitas kehidupan sosial sekarang ini terasa semakin menghimpit masyarakat khususnya pada tingkat bawah. Hal tersebut secara tidak langsung memicu pergeseran pola pikir mereka untuk kepada hal yang kurang lazim.
Entah apa yang ada di benak mereka. Tapi yang pasti adalah mereka membutuhkan seorang penyelamat yang mereka percaya mampu menyelamatkan mereka di dunia sekaligus di akhirat nanti.
Munculnya fenomena seperti Lia Eden dengan God’s Kingdom Eden. Kasus Agus Iman Solihin yang memimpin kelompok satria Piningit Wateng Buwono, serta populernya Ponari si dukun cilik pemilik Batu Gledek, membuktikan bahwa kondisi masyarakat kita benar- benar sedang “sakit”.
"Fenomena messianisme atau milliniarisme adalah, hilangnya akal pikir sehat masyarakat kita," kata Sindhunata.
Menurutnya, Ponari mendorong seseorang untuk jeda sejenak dan berkaca, sejauh mana harapan bawah sadar kita terpenuhi. Janganlah kita berhenti pada kepercayaan akan pencerahan rasional, kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi, atau pada program formal pemerintah saja. Kita butuh pendekatan kemanusiaan yang transendental, utuh, dan memenuhi harapan masyarakat.
Untuk merespon keadaan tersebut, kelompok grafis Minggiran menggelar pameran grafis "Ooh Mesias" yang digelar di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) pada 22 - 30 Juli mendatang.
Pameran ini tidak ditujukan untuk mengubah kondisi yang ada dalam masyarakat, tapi lebih kepada upaya untuk turut berempati dengan keadaan nyata yang ada di masyarakat.
Pameran ini menampilkan 24 karya dengan berbagai macam teknik cetak grafis, seperti etsa,dry point,mezotint, hardboard cut, alugrafi, dan teknik campuran. Anggota Studio Grafis Minggiran yang berpameran adalah Alexander Nawangseto, Dananghadi Phe, Maryanto, Deni Rahman, Rully Putra Adi, dan Theresia Agustina S.
Entah apa yang ada di benak mereka. Tapi yang pasti adalah mereka membutuhkan seorang penyelamat yang mereka percaya mampu menyelamatkan mereka di dunia sekaligus di akhirat nanti.
Munculnya fenomena seperti Lia Eden dengan God’s Kingdom Eden. Kasus Agus Iman Solihin yang memimpin kelompok satria Piningit Wateng Buwono, serta populernya Ponari si dukun cilik pemilik Batu Gledek, membuktikan bahwa kondisi masyarakat kita benar- benar sedang “sakit”.
"Fenomena messianisme atau milliniarisme adalah, hilangnya akal pikir sehat masyarakat kita," kata Sindhunata.
Menurutnya, Ponari mendorong seseorang untuk jeda sejenak dan berkaca, sejauh mana harapan bawah sadar kita terpenuhi. Janganlah kita berhenti pada kepercayaan akan pencerahan rasional, kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi, atau pada program formal pemerintah saja. Kita butuh pendekatan kemanusiaan yang transendental, utuh, dan memenuhi harapan masyarakat.
Untuk merespon keadaan tersebut, kelompok grafis Minggiran menggelar pameran grafis "Ooh Mesias" yang digelar di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) pada 22 - 30 Juli mendatang.
Pameran ini tidak ditujukan untuk mengubah kondisi yang ada dalam masyarakat, tapi lebih kepada upaya untuk turut berempati dengan keadaan nyata yang ada di masyarakat.
Pameran ini menampilkan 24 karya dengan berbagai macam teknik cetak grafis, seperti etsa,dry point,mezotint, hardboard cut, alugrafi, dan teknik campuran. Anggota Studio Grafis Minggiran yang berpameran adalah Alexander Nawangseto, Dananghadi Phe, Maryanto, Deni Rahman, Rully Putra Adi, dan Theresia Agustina S.
Kirim Komentar