Dari 531 Bangunan Cagar Budaya yang direkomendasikan untuk mendapatkan keringan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta, hanya 351 bangunan yang masuk kategori Bangunan Cagar Budaya Living.
"Selain itu ada 30 bangunan cagar budaya yang sudah tersertifikasi dari Walikota dan 57 bangunan pernah mendapatkan penghargaan tetapi belum mendapatkan regulasi dari pemerintah," kata Kepala Seksi (Kasie) Pembinaan dan Pemberdayaan Nilai-Nilai Budaya Disparsebud Kota Yogyakarta, Widiyastuti Kantornya, Rabu (28/10).
Widiyastuti menyatakan program ini berpedoman pada Peraturan Gubernur (Pergub) DIY no. 74 tahun 20008 dan PP Propinsi dari Walikota Yogya menyangkut pengakuan dan pelestarian benda cagar budaya living.
"Berdasarkan skoring dari 14 kecamatan di Yogya hanya 351 bangunan yang lolos skoring yang memenuhi syarat antara lain bangunan tersebut memiliki nilai umur lebih dari 50 tahun, mempunyai nilai kesejarahan, nilai keaslian, arsitektur dan struktur bangunan, arkeologi, nilai kebudayaan dan pendidikan.
Bangunan cagar budaya di kota Yogya tidak terpusat di suatu wilayah namun menyebar di beberapa kecamatan seperti di daerah Kotagede, Gondokusuman, Jetis, Bumijo, Keraton dan lain-lain yang telah lolos skoring akan diajukan ke Dinas Pajak untuk diproses dan verifikasi skoring prosentase keringanan PBB yang didapatkanya," ujarnya.
Program ini merupakan kerjasama makro antara Dinas Pariwisata Seni dan Budaya dengan Pemkot Yogyakarta dan Dinas Pajak Pratama Kota Yogyakarta untuk melegalisasikan dan regulasi bangunan cagar budaya living yang ada di Yogyakarta.
Hal tersebut merupayakan salah satu upaya menyelamatkan dan melestarikan aset budaya yang dimiliki Kota Yogyakarta agar tidak hilang dan punah serta untuk menyukseskan program pemanfaatan heritage yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian cagar budaya.
Setelah bangunan tersebut nantinya mendapatkan regulasi, maka Dinas Pariwisata Seni dan Budaya akan menggalakan program edukasi dan sosialisai kepada masyarakat Yogyakarta betapa pentingnya mereka yang mempunyai aset cagar budaya living tersebut serta menumbuhkan awareness atau rasa peduli terhadap bangunan cagar budaya adalah sesuatu yang berharga yang patut dibanggakan.
Sementara itu, pada bulan Desember 2009 mendatang akan diluncurkan Buku Panduan Praktis untuk merawat Bangunan Cagar Budaya yang dapat membangun internasilasi dan mendukung kepedulian pemilik dan masyarakat dalam melestarikan bangunan tersebut.
"Selain itu ada 30 bangunan cagar budaya yang sudah tersertifikasi dari Walikota dan 57 bangunan pernah mendapatkan penghargaan tetapi belum mendapatkan regulasi dari pemerintah," kata Kepala Seksi (Kasie) Pembinaan dan Pemberdayaan Nilai-Nilai Budaya Disparsebud Kota Yogyakarta, Widiyastuti Kantornya, Rabu (28/10).
Widiyastuti menyatakan program ini berpedoman pada Peraturan Gubernur (Pergub) DIY no. 74 tahun 20008 dan PP Propinsi dari Walikota Yogya menyangkut pengakuan dan pelestarian benda cagar budaya living.
"Berdasarkan skoring dari 14 kecamatan di Yogya hanya 351 bangunan yang lolos skoring yang memenuhi syarat antara lain bangunan tersebut memiliki nilai umur lebih dari 50 tahun, mempunyai nilai kesejarahan, nilai keaslian, arsitektur dan struktur bangunan, arkeologi, nilai kebudayaan dan pendidikan.
Bangunan cagar budaya di kota Yogya tidak terpusat di suatu wilayah namun menyebar di beberapa kecamatan seperti di daerah Kotagede, Gondokusuman, Jetis, Bumijo, Keraton dan lain-lain yang telah lolos skoring akan diajukan ke Dinas Pajak untuk diproses dan verifikasi skoring prosentase keringanan PBB yang didapatkanya," ujarnya.
Program ini merupakan kerjasama makro antara Dinas Pariwisata Seni dan Budaya dengan Pemkot Yogyakarta dan Dinas Pajak Pratama Kota Yogyakarta untuk melegalisasikan dan regulasi bangunan cagar budaya living yang ada di Yogyakarta.
Hal tersebut merupayakan salah satu upaya menyelamatkan dan melestarikan aset budaya yang dimiliki Kota Yogyakarta agar tidak hilang dan punah serta untuk menyukseskan program pemanfaatan heritage yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian cagar budaya.
Setelah bangunan tersebut nantinya mendapatkan regulasi, maka Dinas Pariwisata Seni dan Budaya akan menggalakan program edukasi dan sosialisai kepada masyarakat Yogyakarta betapa pentingnya mereka yang mempunyai aset cagar budaya living tersebut serta menumbuhkan awareness atau rasa peduli terhadap bangunan cagar budaya adalah sesuatu yang berharga yang patut dibanggakan.
Sementara itu, pada bulan Desember 2009 mendatang akan diluncurkan Buku Panduan Praktis untuk merawat Bangunan Cagar Budaya yang dapat membangun internasilasi dan mendukung kepedulian pemilik dan masyarakat dalam melestarikan bangunan tersebut.
Kirim Komentar