Pada Minggu (28/2), puluhan seniman yang terdiri dari Komunitas Ombak Raya, Bordes Progo, Kampung Budaya Taman Sari, Kampung Budaya Taunan, Performace Club, Sanggar Nuun dan lain-lain membuat kolaborasi performace art bertajuk "Ruwatan Bola Sampah" di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Bantul, Yogyakarta.
Kolaborasi ini dihadirkan dalam Grebeg Sampah yang merupakan rangkaian Hari Peduli Sampah di TPA Piyungan Bantul yang merupakan sebuah refeksi dari istilah sampah masyarakat sebagai respon masyarakat itu sendiri yang belum sadar sepenuhnya atas problematika sampah.
Koordinator Ruwatan Bola Sampah, Tri Suharto mengatakan sampah masyarakat selalu memuat nilai diskriftif diantara sesama manusia, mengapa tidak diciptakan pemaknaan yang lebih lugu bahwa sampah masyarakat adalah sampah yang diproduksi masyarakat atau mengganti istilah tersebut dengan masyarakat sampah.
"Ruwatan ini merupakan sebuah ritual penyelarasan, penyelamatan dan perlindungan dari sekian marabahaya dan kesialan. Sampah sebagai bagian dari kehidupan masyarakat di Yogyakarta dimata seniman pun perlu diruwat," ujarnya.
Tri menambahkan, para seniman memakai simbol instalasi bola sampah besar sebagai pengganti properti utama yang mewakili problematika pelik tentang sampah. Masalah tersebut semakin hari makin besar, ibarat bola salju semakin menggelinding semakin besar.
"Sampah menjadi titik balik keterwakilan setiap bagian masyarakat kita, setiap karakter diwakili oleh para seniman sebagai aktor. Unsur lain yang menjadi simbol dalam pertunjukkan ini adalah mesin-mesin buildozer untuk mewakili peran teknologi dalam mengurai permasalahan sampah," tandasnya.
Sementara puncak dari rangkaian adalah kemunculan sosok resi yang memimpin prosesi ruwatan bola sampah hingga meyakinkan setiap karakter masyarakat untuk bergandeng bersama mengankat bola sampah dan menancapkan ditanah yang kemudian menjadi prasasti simbol penyelesaian permasalahan sampah.
Kritik para seniman juga disampaikan kepada pemerintah sebagai wakil rakyat dengan menyerahkan bokor air bunga dan potongan rambut dari prosesi ini. Penyerahan tersebut sekaligus menandai harapan masyarakat pada wakil rakyat unruk membuat kebijakan-kebijakan strategis guna mencari solusi serius untuk banyaknya permasalahan sampah.
Kolaborasi ini dihadirkan dalam Grebeg Sampah yang merupakan rangkaian Hari Peduli Sampah di TPA Piyungan Bantul yang merupakan sebuah refeksi dari istilah sampah masyarakat sebagai respon masyarakat itu sendiri yang belum sadar sepenuhnya atas problematika sampah.
Koordinator Ruwatan Bola Sampah, Tri Suharto mengatakan sampah masyarakat selalu memuat nilai diskriftif diantara sesama manusia, mengapa tidak diciptakan pemaknaan yang lebih lugu bahwa sampah masyarakat adalah sampah yang diproduksi masyarakat atau mengganti istilah tersebut dengan masyarakat sampah.
"Ruwatan ini merupakan sebuah ritual penyelarasan, penyelamatan dan perlindungan dari sekian marabahaya dan kesialan. Sampah sebagai bagian dari kehidupan masyarakat di Yogyakarta dimata seniman pun perlu diruwat," ujarnya.
Tri menambahkan, para seniman memakai simbol instalasi bola sampah besar sebagai pengganti properti utama yang mewakili problematika pelik tentang sampah. Masalah tersebut semakin hari makin besar, ibarat bola salju semakin menggelinding semakin besar.
"Sampah menjadi titik balik keterwakilan setiap bagian masyarakat kita, setiap karakter diwakili oleh para seniman sebagai aktor. Unsur lain yang menjadi simbol dalam pertunjukkan ini adalah mesin-mesin buildozer untuk mewakili peran teknologi dalam mengurai permasalahan sampah," tandasnya.
Sementara puncak dari rangkaian adalah kemunculan sosok resi yang memimpin prosesi ruwatan bola sampah hingga meyakinkan setiap karakter masyarakat untuk bergandeng bersama mengankat bola sampah dan menancapkan ditanah yang kemudian menjadi prasasti simbol penyelesaian permasalahan sampah.
Kritik para seniman juga disampaikan kepada pemerintah sebagai wakil rakyat dengan menyerahkan bokor air bunga dan potongan rambut dari prosesi ini. Penyerahan tersebut sekaligus menandai harapan masyarakat pada wakil rakyat unruk membuat kebijakan-kebijakan strategis guna mencari solusi serius untuk banyaknya permasalahan sampah.
Kirim Komentar