Ketua Forum pendidikan anak usia dini (PAUD) Kota Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun menyatakan bahwa saat ini masih ada anak berkebutuhan khusus (ABK) yang belum terlayani PAUD.
Menurut Tri Kirana, hal itu terjadi karena orangtua ABK merasa malu mengajak anaknya ke Pos PAUD, bahkan masih ada orangtua menganggap sebagai aib keluarga.
"Hal ini akan berakibat ganda yaitu anak usia dini terlambat mendapatkan
rangsangan pendidikan dan anak akan terlambat pula mendapatkan pendidikan
luar biasa karena kesalahan orangtuanya," ujarnya di Balaikota Yogyakarta, kemarin.
Saat ini, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Forum PAUD, HIMPAUDI dan Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta telah berupaya melakukan pendataan anak berkebutuhan khusus.
"Kami juga merencanakan untuk menetapkan lima Satuan PAUD Sejenis atau Pos PAUD Tingkat RW sebagai SPS/POS PAUD INKLUSI sebagai pilot proyek pelayanan anak usia dini berkebutuhan khusus bergabung bersama-sama anak yang tumbuh dan berkembang secara normal," tuturnya.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan PAUD, tahun 2010 pemkot juga telah menggelar
Pelatihan Pendidik PAUD angkatan ke-2 sebanyak 1300 orang atas kerjasama
dengan PT. Sari Husada Yogyakarta.
Sebelumnya pada angkatan pertama 2009 telah melatih mendidik satuan paud sejenis (SPS) PAUD sebanyak 1600 orang. Maka hingga saat ini Kota Yogyakarta memiliki jumlah pendidik SPS PAUD dan KB berbasis wilayah sebanyak 4600 pendidik (volunteer).
Lembaga PAUD Kota Yogyakarta telah mampu melayani 76, 4 persen peserta didik atau 21.618 anak dari jumlah anak usia dini Kota Yogyakarta sebanyak 28.280 jiwa.
Jika digabungkan dengan jumlah peserta didik PAUD formal Taman Kanak-kanak atau Rhodatul Atfal yang melayani 10.994 anak, maka Program PAUD Kota Yogyakarta mencapai Angka Partisipasi Kasar (APK) sebesar 115, 32 persen. Artinya, semua anak usia dini sudah terlayani Program PAUD.
Menurut Tri Kirana, hal itu terjadi karena orangtua ABK merasa malu mengajak anaknya ke Pos PAUD, bahkan masih ada orangtua menganggap sebagai aib keluarga.
"Hal ini akan berakibat ganda yaitu anak usia dini terlambat mendapatkan
rangsangan pendidikan dan anak akan terlambat pula mendapatkan pendidikan
luar biasa karena kesalahan orangtuanya," ujarnya di Balaikota Yogyakarta, kemarin.
Saat ini, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Forum PAUD, HIMPAUDI dan Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta telah berupaya melakukan pendataan anak berkebutuhan khusus.
"Kami juga merencanakan untuk menetapkan lima Satuan PAUD Sejenis atau Pos PAUD Tingkat RW sebagai SPS/POS PAUD INKLUSI sebagai pilot proyek pelayanan anak usia dini berkebutuhan khusus bergabung bersama-sama anak yang tumbuh dan berkembang secara normal," tuturnya.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan PAUD, tahun 2010 pemkot juga telah menggelar
Pelatihan Pendidik PAUD angkatan ke-2 sebanyak 1300 orang atas kerjasama
dengan PT. Sari Husada Yogyakarta.
Sebelumnya pada angkatan pertama 2009 telah melatih mendidik satuan paud sejenis (SPS) PAUD sebanyak 1600 orang. Maka hingga saat ini Kota Yogyakarta memiliki jumlah pendidik SPS PAUD dan KB berbasis wilayah sebanyak 4600 pendidik (volunteer).
Lembaga PAUD Kota Yogyakarta telah mampu melayani 76, 4 persen peserta didik atau 21.618 anak dari jumlah anak usia dini Kota Yogyakarta sebanyak 28.280 jiwa.
Jika digabungkan dengan jumlah peserta didik PAUD formal Taman Kanak-kanak atau Rhodatul Atfal yang melayani 10.994 anak, maka Program PAUD Kota Yogyakarta mencapai Angka Partisipasi Kasar (APK) sebesar 115, 32 persen. Artinya, semua anak usia dini sudah terlayani Program PAUD.
Kirim Komentar