Sosial Ekonomi

Perihal Hotel Merebak, MC Alit Ogah Nyinyir

Oleh : albertus indratno / Senin, 00 0000 00:00
Perihal Hotel Merebak, MC Alit Ogah Nyinyir



Bisa jadi tahun 2014 ini merupakan saat dimana investasi merebak di Yogyakarta.  Tak tanggung-tanggung, ada hotel, apartemen dan pusat perbelanjaan yang segera atau bahkan sudah dibangun. Pemain lama bersaing dengan yang baru. Mereka berebut peruntungan di wilayah seluas 33 km persegi ini. 

Bahkan situs www.skyscrappercity.com telah memunculkan desain dari beberapa mega proyek tersebut.  Ada Green House Kusumanegara, Hartono Life Style Mall Yogyakarta, Hotel Tentrem, Indo Luxe Hotel, Inside Melia, Malioboro City, Student Castle, Sun Premiera, Vivo Apartment, Wisanti Aerowisata serta Yogyakarta Heritage.

Tim gudeg.net mengumpulkan, menyatukan beberapa gambar desain akhir lalu menanyakan pendapat beberapa orang tentang pembangunan gedung-gedung pencakar langit tersebut. Salah satunya pembawa acara Alit Jevi Prabangkoro atau dikenal sebagai Alit-Alit Jabang Bayi.

Sebagai pelaku seni dan warga Yogyakarta, ia ingin memposisikan diri di pihak yang netral. "Ada sisi apike (baiknya)," katanya. Menurutnya, pengangguran di Yogyakarta bisa berkurang. "Meskipun tidak jadi manajer. Mungkin ya jadi room boy." Baginya, kalau ingin maju harus ada risiko yang diambil. 

Ia mengibaratkan, "Kalau mau punya mobil ya harus berani kredit."  

Meskipun demikian, ia mengamini penambahan hotel dan gedung-gedung pencakar langit membuat kota pendidikan ini semakin sumpek dan macet.  Ia menganggap tiga pusat perbelanjaan yang ada yaitu Ambarukmo Plaza, Malioboro Mall dan Galeria Mall sudah pas. "Tidak kurang. Untuk wilayah Yogya yang sempit," katanya.  "Amplaz (Ambarukmo Plaza) kurang lengkap apa coba?"

"Ini seperti pakai baju. Tiga sudah pas. Pakai kathok (celana), kaos dan sandal," katanya. Sedangkan pembangunan baru seperti halnya menambahkan jaket, topi, kalung serta anting-anting pada tubuh kita. "Bisa tambah berat mas." 

"Lagipula UMR Jogja memprihatinkan," ia menambahkan. "Mau beli apa sih? Isinya mall dimana-mana sama." 

Ia khawatir warga Yogyakarta menjadi lebih konsumtif. "Coba sampeyan (gudegnet) survei ke bank sebelum dan sesudah adanya mall." katanya.  "Aku yakin utang-nya orang Jogja lebih banyak." Menurutnya, saat ini banyak orang senang bayar tinggal gesek pakai kartu kredit.

Lain halnya saat ia menempatkan diri sebagai pekerja seni. Baginya, hadirnya pusat keramaian baru berarti peluang untuk mendapatkan rejeki juga semakin besar. Sedangkan untuk penyelenggara acara, beragam hotel membawa berkah tersendiri. "Hotel-hotel itu paling gampang dimintai diskon," katanya. 

Menyikapi perlawanan terhadap hadirnya gedung-gedung baru tersebut, Alit ingin lebih proaktif menanggapinya. "Gerakan itu awalnya dari diri sendiri dulu," katanya. "Kalau memang tidak suka jangan datang."  Menurutnya, minimal pusat perbelanjaan itu kehilangan satu pengunjung. 

Ia mencontohkan perlawanan "cerdas" seperti di kabupaten Bantul. "Buat desa wisata yang menarik," katanya. "Pertahankan unsur lokal. Undang orang datang."  Baginya, itu "perang" yang sesungguhnya.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini