![](/cni-content/uploads/files/images/cute-success-kid-1920x1080.0.0.jpg)
Pertanyaan
Selamat pagi,
Nama saya Bambang Irawan. Saya punya anak usia 7 tahun. Beberapa bulan ini dia gemar ikut berbagai macam lomba. Mulai menggambar sampai menyanyi. Sepertinya dia menikmati proses ikut berkompetisi. Sayangnya, saat kalah dia sering menangis.
Kadang-kadang saya merasa kasihan dan tidak tega. Akhirnya, saya pilih membelikan kado untuk dia. Jadi setiap kali selesai lomba, baik menang atau kalah saya selalu memberinya hadiah. Namun, akhir-akhir ini saya resah sendiri. Jangan-jangan saya justru tidak pernah menyiapkan anak saya untuk jatuh dan kalah.
Lewat rubrik yang sangat bagus ini, saya meminta pendapat kepada rekan-rekan AISHA? Bagaimana caranya agar menyiapkan anak untuk siap kalah? Kita tahu tidak ada kampus yang mengajarkan cara mendidik anak, tapi dengan berbagi semua yang sulit jadi mudah.
Untuk redaksi gudeg.net, terima kasih.
Salam,
Bambang Irawan
Jawaban
Selamat pagi Bapak Bambang Irawan, terima kasih sudah berbagi pertanyaan dengan kami.
Menerima kekalahan bagi anak bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Hal tersebut harus diajarkan sejak dini. Siap menerima kekalahan ini terkait dengan jiwa kompetisi yang dimiliki anak. Nah, mengajarkan jiwa yang siap menerima kekalahan pada anak akan membangun semangat kompetisi anak tersebut.
Namun kita juga harus memahami, bahwa sekuat-kuatnya akan berusaha menerima kekalahan, terkadang mereka tetap saja menunjukkan sifat kekanak-kanakannya. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, pun dalam jiwa kompetisi yang dimiliki anak, ada seorang anak yang dengan mudah menerima kekalahan, tapi ada juga yang sulit sekali menerima kekalahan.
Hal tersebut sangat wajar terjadi, sebagai orang tua kita tidak perlu panik. memberikan hadiah sebagai "ganti" dari kekalahan yang diperoleh anak sesekali dapat dilakukan, namun jangan terlalu sering karena ini hanya akan membohongi anak secara halus namun tidak memberikan dampak positif pada masa yang akan datang.
Kita dapat mengajarkan hal-hal berikut ini, yang pertama, bahwa tidak semua keinginan kita dapat tercapai atau dapat menjadi milik kita. sebagai orang tua, memberi penjelasan kepada anak untuk berusaha maksimal terhadap apapun yang kita inginkan adalah baik, namun kita juga harus memahami bahwa tidak semua hal dapat menjadi milik kita atau tidak semua hal dapat sesuai dengan rencana yang telah kita buat sedemikian rupa.
Kedua, ajarkan kepada anak bahwa ketika mereka siap menerima kemenangan, sudah seharusnya mereka siap pula menerima kekalahan. Walaupun sulit, ajarkan secara perlahan dan terus menerus, sehingga ini akan tertanam pada jiwa anak-anak kita.
Ketiga, ketika anak kita mengalami kekalahan atau kekecewaan, kita harus bisa memahami kekecewaan yang mereka rasakan tersebut. Oleh karena mereka telah berani melakukan sesuatu hal yang mungkin sangat mereka takutkan, yaitu berkompetisi. Hargai apa yang telah mereka kerjakan, dan pahami perasaan bersalah yang mereka rasakan karena tidak bisa membanggakan orangtuanya.
Terakhir, kita harus memotivasi anak-anak kita untuk gemar berkompetisi, sehingga kemungkinan untuk menang atau kalah juga semakin besar. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan jiwa siap kalah pada anak ketika berkompetisi.
Semoga bermanfaat
Salam
Aisha Parenting
www.aishaparenting.com
@twit_aisha
"We strive to engage mindful parents to develop good reading and eating habits, as well as to stimulate creativity at home"
Kirim Komentar