Jika ingin berwirausaha, usahakan jangan hutang, karena kalian akan bekerja maksimal
Demikian pernyataan Todon saat Tim Gudegnet dolan ke tempat usahanya yang berlokasi didaerah Patangpuluhan, Yogyakarta. Bisnis alangkah baiknya tidak meminjam modal dari hutang, sebiknya dari modal murni si calon wirausahawan. Bisnis inipun awalnya digagas Arifin, yang masih satu kerabat dengannya.
"Mas Arifin bersama istrinya setelah lulus kuliah dari Instiper membuat usaha sablon, tidak berselang lama sablonan ini bangkrut, Mas Arifin pulang kedesa, mencoba bertani mengembangkan melon, gagal lagi, mencoba lagi bertani cabai dan gagal lagi, akhirnya dia kembali lagi menyablon, pada tahun 96, dia sudah bekerjasama dengan saya, namun baru 4 tahun terakhir ini saya memegang kendali," tukasnya.
Disadari atau tidak, bisnis yang berkembang akan sejajar pula dalam level kompetisinya. Agar terus dapat bersaing, klien lama yang telah menjadi langganan tapi vakum, kembali dikontak. Hasilnya cukup memuaskan, pelanggan lama yang dahulu menjadi kliennya, sekarang sudah bekerja disebuah lembaga, ada yang dibagian purchasing bahkan menjadi wirausaha.
"Bagian purchasing misalnya, mereka lantas memesan dalam jumlah besar ditempat kami, ini menjadi peluang besar," tambahnya.
Jika ditilik secara dalam, usaha produksi percetakan di Jogja masih memiliki banyak ceruk yang dapat digali. Namun, dengan menerapkan teknologi terbaru, omset produksi lebih maksimal dengan jumlah karyawan yang minimal. Pihaknya dahulu pernah memiliki 60-an pegawai untuk menghasilkan 10.000 pcs baju, kini, jumlah itu meningkat hingga 13.600 pcs dengan jumlah pegawai dengan jumlah separohnya.
"Menerapkan teknologi mutakhir dan sistem manajemen dalam sebuah perusahaan itu menjadi penting karena kita dapat dengan mudah mengejar omset," terangnya.
Hingga saat ini, bahan kaos yang ia dapatkan masih barang impor. Ia mengaku mulai dari bahan benang, kain rajut, pewarna dan mesin jahitnya sendiri masih didatangkan dari Jepang bahkan Jerman. Hingga saat ini, Indonesia belum menggarap kapas menjadi komoditas ekspor. Dengan adanya kelemahan itu, maka sebagian besar kebutuhan bahan harus didatangkan dari India dan China.
Oleh sebab itu, ia selalu menyarankan agar usaha kecil yang dirintis secara tekun alhasil akan menjadi usaha yang besar. "Dari gambaran yang berliku-liku tadi jadikanlah seuah kesulitan itu sebagai tantangan, cari solusi paling realistis, apalagi jika usahanya didapat dari modal bank, kalian akan terlibat dengan pihak ketiga, terutama pengambilan keputusan bisa tak ideal terutama masalah finansial," tutupnya ramah.
Sosial Ekonomi
Todon: Jangan Terlibat Hutang

Kirim Komentar