Pariwisata

Unik! Begini Sosok Bajingan Yang Dicari Wisatawan

Oleh : Albertus Indratno / Kamis, 22 September 2016 13:02
Unik! Begini Sosok Bajingan Yang Dicari Wisatawan
Nuryanto (44) Bajingan atau sais gerobak sapi dari desa Grenjeng, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Saat ini gerobak sapi lebih banyak dimanfaatkan sebagai sarana wisata. (www.gudeg.net/Al. Indratno)



Yogyakarta, Indonesia – www.gudeg.net Kata “Bajingan” memang kurang enak didengar. Namun, siapa sangka ada banyak hal menarik dibaliknya.

Dalam situs www.kbbi.web.id kata “Bajingan” yang berasal dari kata dasar bajing atau tupai bermakna pencoleng yang mencuri barang muatan dari atas kendaraan seperti truk atau bus yang sedang berjalan. Sedangkan bajingan sendiri secara khusus berarti penjahat, pencopet atau sebutan yang menunjukkan sikap kurang ajar.

Nuryanto (44) warga desa Grenjeng, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta ini mengklaim dirinya sebagai Bajingan. “Tapi saya ini bajingan gerobak sapi loh,” katanya saat ditemui gudegnet di rumahnya pada Rabu (21/9).

Ia sendiri menceritakan ada dua makna di balik kata “Bajingan.” Pertama, kata Bajingan berasal dari bahasa Jawa yaitu “Bajing ” yang berarti sering bepergian . Menurutnya, itu karena para sais atau kusir gerobak sapi sering bekerja mengantar hasil bumi sampai berhari-hari dan jauh dari rumah. Untuk menjelaskan, ia memberi contoh kalimat dalam bahasa Jawa. “Dadi bocah kok mbajing wae. Ora tau neng omah (Jadi anak pergi terus. Tidak pernah ada di rumah),” katanya.

Meski begitu, ia sendiri mengakui ada anggapan Bajingan itu karena para sais punya pekerjaan mengangkut minyak dari rumah Babahe Jingan (sebutan kepada lelaki asal Tionghoa). “Kalau yang itu kurang pas,” katanya. “Dulunya, Bajingan lebih banyak membawa hasil bumi seperti padi.”

Sedangkan makna lainnya, menurut Nuryanto, Bajingan itu artinya bagusing jiwo angen-angening Pangeran. Dalam bahasa Indonesia artinya jiwa yang mulia serta diinginkan Tuhan. “Bajingan itu merupakan orang dengan kepribadian yang baik,” kata Nuryanto. “Mereka pergi mengangkut hasil bumi buat menghidupi keluarga.”

Saat itu sekitar tahun 70-an, kata Nuryanto, profesi Bajingan sedang tenar-tenarnya. Selain mengangkut padi, gerobak sapi itu juga membawa genteng dan pasir. Jaraknya pun lumayan jauh. Ia menceritakan, gerobak sapi itu dulu bisa membawa barang dari Purwomartani ke pasar di sekitar kabupaten Bantul. “Sekali pergi jaraknya sekitar 40 kilometer,” katanya. “Purwomartani – Bantul – Purwomartani – Bantul-Purwomartani. Sehari dua kali pulang pergi.”

“Sekali jalan bisa muat 2,5 ton ketela,” katanya. “Terus. Seminggu tujuh kali.” Sedangkan sapi yang dianggap “siap tugas”, katanya, yang berumur di atas tiga tahun.

Setelah jaya di tahun 70-an, pekerjaan ini pamornya menurun sekitar tahun 80-an. Saat itu bersamaan dengan mulai maraknya kendaraan bak terbuka. “Jadi yang dulunya menggunakan gerobak sapi,” katanya. “Mulai pakai mobil.” Kondisi itu terus berlanjut sampai sepuluh tahun berikutnya. “Tahun 90 an gerobak sapi dan Bajingan seperti habis,” katanya serius.

Keadaan mulai membaik saat Nuryanto dan rekan-rekannya di sekitar desa Grenjeng, Purwomartani, Sleman menggunakan kembali gerobak sapi untuk mengobati kerinduan. “Tombo kangen,” katanya. “Kalau dulunya ke pasar pakai motor. Sesekali naik gerobak sapi.”

Acara itu berlanjut. Nuryanto, menirukan ucapan Yuyuk Sugarman, wartawan sinarharapan.net, mengatakan kenapa cuma kumpul-kumpul. “Kok tidak dibuat festival saja,” katanya. “Bersama pak Yuyuk dan teman-teman lalu dibuatlah festival gerobak sapi. Beliau yang membantu kami untuk dikenal lagi.”

Lewat festival yang diselenggarakan sejak tahun 2013 sampai 2015 ini, Nuryanto merasakan banyak efek positif bagi diri sendiri dan desa. “Desa ini jadi desa wisata Gerobak Sapi,” katanya. Para Bajingan yang dulunya sempat “habis” kembali hidup lewat berbagai paket wisata yang ditawarkan. Menurutnya, animo wisatawan sangat bagus. “Mungkin karena ini unik dan langka,” katanya. “Mungkin satu-satunya di dunia, hanya Purwomartani yang menjadikan gerobak sebagai wisata.”

Untuk satu gerobak berisi 5 orang, Nuryanto mendapat imbalan Rp. 250 ribu. Selain merasakan pengalaman jalan-jalan menggunakan gerobak sapi, Nuryanto juga menawarkan wisata cerita. “Sambil naik gerobak kan saya cerita macam-macam,” katanya. “Seperti waktu lihat orang membajak sawah, ke candi Plaosan, pabrik tahu, rumah batik serta rumah angklung.”

Untuk memasarkan paket unik ini, Nuryanto bekerja sama dengan biro perjalanan Gama Wisata. Selama ini, menurutnya, paling banyak ia melayani 90 wisatawan yang berasal dari Bekasi, Jawa Barat. “Ada wisatawan lokal. Ada luar negeri,” katanya.

Nuryanto mengatakan fenomena Bajingan ini menarik karena ada banyak kisah di baliknya. Tahun ini rencananya diadakan Festival Gerobak Sapi 2016 yang diselenggarakan di Stadion Sultan Agung, Bantul sejak 24 sampai 25 September 2016. “Besok bakal ada 246 gerobak dan Bajingan yang datang dari seluruh Yogyakarta,” katanya.

Penulis : Al. Indratno
Editor : Al. Indratno

 


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    GERONIMO 106,1 FM

    GERONIMO 106,1 FM

    Geronimo 106,1 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini