Gudegnet – Walaupun sejatinya Jogja masih ada di musim penghujan, tak seorangpun akan menyangkal udara panas dan gerah Jogja beberapa saat terakhir ini. Di saat matahari terik menyengat seperti sekarang, melahap semangkuk frozen yogurt yang dingin dan segar bisa jadi pilihan tepat buat kita yang mau menghilangkan sedikit dari rasa gerah itu.
Frozen Yogurt, atau lebih terkenal dengan nama froyo pertama diproduksi di Amerika di tahun 70an, saat popularitas es krim sedang membludak. Teknologi pembuatan es krim lalu diaplikasikan ke yogurt, dan voila! Jadilah produk yang terkenal sehat ini.
Di Jogja, kita bisa menikmati froyo di Yata. Kedai yogurt ini pertama dibuka bulan Juni 2017 oleh dr. Karina Arifiani yang bermula dari kesukaannya pada makanan manis, dan hobi baking. Semua saus topping di Yata homemade, diramu sendiri jadi semua memakai bahan alami. Dokter muda yang tadinya praktik di RSU PKU ini sekarang sedang berencana melanjutkan studinya ke Amerika.
Di cafe yang terletak di sebelah barat RS Bethesda ini, kita bisa meramu froyo kita sendiri dengan memilih satu atau lebih topping yang kita sukai. Ada 12 macam topping, dan 3 ukuran yang bisa kita pilih. Per toppingnya dihargai Rp 5.000, dan tidak dibatasi berapa macam yang ingin kita taburi. Ukuran yang disediakan ada mini, midi, dan maxi.
Untuk ukuran mini, kita cukup membayar Rp 10.000, midi Rp 13.000, dan maxi Rp 15.000. Dengan harga tersebut kita sudah bisa menikmati frozen yogurt premium. Bingung mengkombinasikan topping? Jangan khawatir, Yata punya signature menu unik, yang menjadi bestseller mereka. Signature menu mereka ada Banoffee Granola, Mamochi, Frunicorn, Yacapila, Oreo Cheescake, dan Kelepon Karamel. Menu yang menurut Tim Gudegnet unik adalah Kelepon Karamel dan Yacapila.
Dari namanya jelas, topping yogurt Kelepon Karamel adalah kelepon yang disiram karamel. Yogurt dengan kelepon ternyata sangat enak. Yacapila sendiri terinspirasi hidangan tersohor dari Makassar, es pisang ijo, tapi bubur sum-sumnya diganti froyo dan ditaburi kacang almond.
Mula pertama Yata berdiri adalah dari pengamatan dr. Karina mengenai pasar frozen dessert di Jogja. “Aku melihat pasar frozen dessert di Jogja sangat bagus, ada satu celah yang belum ‘digoreng’, yaitu frozen yogurt. Aku sendiri suka makanan manis, jadi daripada menunggu brand besar masuk, kenapa ga bikin aja sendiri,” tuturnya. Ke depannya Yata akan meluncurkan produk baru, yaitu rujak froyo.
Ide untuk membuat topping froyo dengan menu tradisional sendiri berasal dari ide co-founder Yata, Bagus Suitrawan. Ide branding Yata juga berasal darinya. Sebagai orang Jogja asli, dr.Karina ingin memajukan industri lokal Jogja. Nama ‘Yata’ diambil dari bahasa Sansekerta, ‘Yatayukti’ yang artinya serasi, mengacu pada dessert luar negeri yang dikombinasikan dengan topping lokal. Kata lain yang menginspirasi Yata adalah ‘Yatta’, bahasa Jepang yang berarti ‘We did it!’.
Kirim Komentar