Gudeg.net— Batik merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang telah diakui oleh dunia. Batik bagi bangsa Indonesia bukan sekadar kain bermotif. Motif-motif batik memiliki makna yang mendalam disetiap goresannya.
Saat ini, motif batik yang diketahui ada ratusan macam. Di masa depan, motif batik akan semakin banyak seiring dengan digalakkannya pengembangan motif batik yang berbasis tradisi seperti yang dikatakan oleh Kepala Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY, Zaimul Azzah, di acara Youth Celebrate Batik Day 2018 di Desa Karanganyar kemarin (2/9), “Batik harus dilestarikan dan dikembangkan oleh anak-anak muda sekarang.”
Harry Setyawan, Tim Redaksi dari Badan Konservasi Borobudur (BKB) menyampaikan bahwa Candi Borobudur adalah hasil karya seni monumental nenek moyang kita. Relief di dinding candi ada ratusan ribu jumlahnya dan dapat dijadikan inspirasi motif batik. Pengembangan ini telah dimulai oleh UNESCO bersama komunitas batik binaannya.
“Berangkat dari data arkeologi, motif batik pertama ditemukan pada arca-arca masa Klasik Tua, atau masa Jawa Kuno, pada Kerajaan Mataram Kuno di tempat kita sekarang ini. Kurang lebih di abad 8 sampai 10 Masehi,” ungkapnya.
Arca-arca yang ditemukan pada masa itu, misalnya arca Dewa Siwa dan arca Ganesha, sudah menggunakan kain dengan motif batik yang detail. Motif-motif ini masih digunakan sampai masa saat ini.
Dalam beberapa prasasti peninggalan abad yang sama juga dapat dilihat ada pengaturan tanah bebas pajak oleh penguasa dengan imbalan persembahan-persembahan yang salah satunya adalah dalam bentuk kain bermotif. Istilah dalam bahasa Jawa Kuno untuk batik disebut wedihan.
Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno sendiri bisa dilihat berdasarkan Prasasti Canggal di Candi Gunung Wukir di Kecamatan Salam. Candi ini peninggalan tahun 732 Masehi dibawah kekuasaan Raja Sanjaya, penguasa pertama kerajaan Mataram Kuno.
Walaupun tidak ditemukan dalam prasasti manapun mengenai proses membatik, ditemukan dokumentasi mengenai profesi yang dikenai pajak. Salah satunya ada yang disebut manula wengkudu, orang yang tugasnya mengolah mengkudu. Pada zaman itu, mengkudu adalah komoditi yang laris dan dipakai untuk mewarnai batik.
Motif batik modern dapat diambil dari relief-relief cerita dari panel di dinding Candi Borobudur. Sejumlah 1.460 panel dapat dijadikan inspirasi dalam menemukan motif batik modern. Selain relief cerita, ada juga panel relief dekoratif yang 30% nya bertema flora dan fauna. Motif ini sudah mulai dikembangkan.
“Namun harus saya ingatkan, tidak semua panel di Candi Borobudur dapat dijadikan motif batik,” terang Harry lagi. “Ada simbolisme relijius yang tidak etis untuk dijadikan motif batik. Seperti misalnya, relief dewa-dewa dan atributnya,” bebernya lebih lanjut.
Motif stupa juga terlarang untuk dijadikan motif batik. Alasannya, karena posisi stupa sangat disakralkan. Bukan tanpa sebab posisi stupa ada di atas. Jika dijadikan motif batik, dikhawatirkan posisi kain dengan gambar stupa akan jatuh di bagian badan belakang atau bawah.
“Takutnya nanti ada di bagian belakang, atau malah sampai bawah, kan sangat tidak etis,” pungkasnya.
Herry juga menyampaikan bahwa panel-panel ini adalah jendela ke masa lampau. Cerita tentang aktivitas kegiatan dan kehidupan masyarakat kuno dapat kita ceritakan kembali melalui motif batik. Begitu pula dengan kondisi lingkungan dan tumbuh-tumbuhannya.
Kirim Komentar