Gudeg.net- Kemeriahan dari Perayaan Sekaten terdapat juga satu sisi lainnya yang cukup menarik yaitu para penjual Kinang atau Sirih di sekitaran Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Para penjual kinang banyak didominasi oleh para kaum wanita yang sudah paruh baya.
Mereka kerap menggelar dagangannya di selasar pintu atau Regol hingga pelataran dari Masjid Gedhe Kauman.
" Setiap Sekaten saya selalu jualan kinang disini,dekat dengan Masjid Gedhe," ujar Mbah Widi Martono(78thn) saat berjualan kinang Pelataran Masjid Gedhe,(21/11).
Kinang terdiri dari campuran dari tembakau kering, daun sirih, gambir, jambe, injet (kapur sirih) dan kembang kanthil. Campuran tersebut dibungkus dengan conthong (kerucut) yang terbuat dari daun pisang dan dijual dengan harga antara 3-5 ribu rupiah per buah.
Mbah Widi menjelaskan bahwa kinang atau nginang adalah sebuah tradisi yang ada bila mendekati hari-hari terakhir Perayaan Sekaten dimana gamelan pusaka dimainkan di Pogung Lor dan Kidul Masjid Gedhe hingga Grebeg Maulud.
" Tapi sekarang berjualan kinang sudah tidak selaris dulu lagi,dulu kinang banyak dicari orang untuk dinikmati saat menonton gamelan sekaten. Sekarang yang beli hanya orang-orang tua atau sepu saja yang memang suka akan kinang," cerita Mbah Widi kepada Gudeg.net.
Tradisi Nginang untuk sebagian warga masih dipercaya dapat membuat awet muda dan ada keberkahan saat mengunyahnya. Namun berjalannya waktu tradisi Nginang saat Sekaten perlahan memudar karena tradisi ini hanya dilakaukan oelh para sesepuh saja.
Tradisi Kinang atau Nginang merupakan sebuah tradisi yang selalu ada pada setiap Perayaan Sekaten yang digelar oleh Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat walaupun peminatnya lambat laun berkurang.
Kirim Komentar