Gudeg.net - Museum Wayang Beber Sekartaji merupakan museum wayang beber pertama di Jogja. Didirikan satu tahun yang lalu tepatnya 1 Oktober 2017 oleh Indra Suroinggeno di rumahya di desa Kanutan Sumbermulyo Bantul.
Yang dimaksud dengan wayang beber sendiri adalah wayang yang berupa lukisan yang dibuat pada media kertas daluang atau kanvas, berisikan cerita yang akan dikisahkan oleh dalang dengan cara membeberkannya.
Menurut Indra Wayang beber ini kalah popular dibanding wayang kulit, hal ini karena paradigma yang melekat di masyarakat bahwa wayang beber yang asli berasal dari Pacitan, wayang beber di luar Pacitan dan Gunungkidul berarti tidak pakem. “oleh karena itu, kita mencoba merubah pandangan tersebut dengan melebarkan essensi wayang beber di mana saja,” tutur Indra.
Oleh karena itu Indra mencoba mendirikan museum ini, selain kecintaannya akan seni budaya dan wayang. Dengan adanya museum ini juga diharapkan mampu “nguri-nguri” kebudayaan Jawa. Sebelum terjun ke seni wayang beber, Indra berkecimpung di Wayang Wahyu, namun karena terlalu segmented sehingga mencoba mendalami wayang beber, dan ternyata berlanjut hingga sekarang.
Penamaan Sekartaji sendiri menurut Indra diperoleh hasil dari bertapa yang bermakna Semedi, Cakra, Jawata ,Aji yang kurang lebih artinya dengan bermeditasi kita menuju pusat energi dewa-dewa agung (tuhan).
Selain itu menurutnya, Sekartaji merupakan nama yang feminism.”Karena guru saya seorang wanita (Mbah Ning) dan peran seorang ibu bagi saya sangat besar, dan simbol tokoh Dewi Sekartaji di wayang beber yang merupakan kekasih dari Panji,” jelasnya lebih lanjut.
Museum berbentuk rumah kuno dari kayu ini merupakan peninggalan dari kakeknya. Memasuki rumah ini, pengunjung bisa melihat aneka macam koleksi wayang beber yang merupakan karya dari beberapa seniman dan koleksi lukisan. Mulai dari wayang beber kuno hingga terkini.
Koleksi yang dipamerkan di museum ini antara lain milik dari sang maestro wayang beber Hermin Istirianingsih atau lebih dikenal dengan Mbah Ning. Adapula koleksi dari Agus Nuryanto, Dani Iswardana, Seruni Bodjawati, dan yang lainnya. “Secara bertahap kita akan terus menambah koleksi museum ini,” tutur Indra.
Selain mengkoleksi wayang beber, di museum ini juga terdapat sanggar anak “Bhuana Alit”yang mengajak anak-anak sekitar untuk mendalami seni, bermain gamelan, membuat wayang dan apabila ada wisatawan datang mereka bisa menghibur dengan memainkan gamelan,
Dari semenjak buka hingga sekarang museum ini sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik maupun manca. Yang sebagian besar dari mereka ingin mempelajari lebih lanjut mengenai wayang beber.
Kirim Komentar