Gudeg.net - Berawal dari usaha Wayang Wahyu (wayang kristiani) yang telah dipentaskan sejak tahun 2013. Indra Suryoinggeno mendirikan sanggar budaya anak “Bhuana Alit”yang didirikan pada tahun 2015. Sanggar ini mengajarkan anak-anak untuk mencintai budaya dengan belajar gamelan dan membuat wayang.
Seiringnya waktu, Indra merasa Wayang Wahyu yang digelutinya terlalu segmented, sehingga pria 32 tahun ini mencoba menggali jenis wayang yang lainnya. Setelah melalui beberapa tahap akhirnya Indra memutuskan untuk mendalami Wayang Beber.
Menurutnya, Wayang Beber lebih luas jangkauannya, siapapun bisa membuat wayang beber. Selain itu, Ia juga berusaha merubah mindset masyarakat tentang wayang beber yang kalah popular dibanding wayang kulit.
Untuk mendirikan Museum Wayang Beber, Indra melalui proses yang panjang. Dimulai dari belajar wayang kulit dari Bapak Sagiyo, karena merasa imajinasinya kurang bebas, akhirnya mencoba mendalami wayang beber.
“Saya menemui maestro Wayang Beber di Solo Mbah Ning, yang hingga sekarang menganggap saya anaknya sendiri,” tutur Indra.
Indra sempat berguru ke maestro Wayang Beber di Solo, Hermin Istirianingsih (Mbah Ning). Dan akhirnya ditawari oleh pemilik Museum Tani untuk mendirikan Museum Wayang Beber. Serasa gayung bersambut, Indra menerima tawaran tersebut.
Tepat di hari ulang tahunnya 1 Oktober 2017, Indra meresmikan Museum Wayang Beber Sekartaji di Gg. Pancasila, Desa Kanutan, Bambanglipura, Bantul. Dihadiri oleh sejumlah Seniman dan pejabat.
Nama Sekartaji diambil dari kata Cakra, Jawata ,Aji yang kurang lebih artinya dengan bermeditasi kita menuju pusat energi dewa-dewa agung (tuhan).
Puluhan koleksi karya seniman seperti Mbah Ning, Dani Iswardana, Seruni Bodjawati, dan yang lainnya menghiasi museum ini. Hingga sekarang di sela kesibukannya, Indra menyempatkan diri untuk membuat wayang beber. Ia lebih suka menggubah kitab lama yang belum ada wayang bebernya, misal wayang Panji Semirang.
Dengan adanya museum ini tidak hanya nguri-uri kebudayaan dan wisata, Indra juga menghidupkan perekonomian masyarakat setempat. Wisatawan yang datang tidak hanya dari dalam negeri tapi banyak juga wisatawan asing, hal ini dimanfaatkan untuk membuka homestay dan kuliner bagi warga setempat.
Kirim Komentar