Gudeg.net – Memiliki kepedulian terhadap budaya, khususnya batik, Nardiyono Wibowo dan Herru Pontjo Nugroho mendirikan Batik Tulis Nardbouven.
Sekitar setahun terakhir Nardbouven aktif memberikan pelatihan membatik, dan juga menyediakan tempat untuk memasarkan produk, yakni di gallery batik Nardbouven, Jalan Palagan Tentara Pelajar KM 10 No 18.
“Kita mengadakan pelatihan dari nol, orang yang belum bisa mbatik sama sekali, kita latih sampai ahli, kita produksi dan kita pasarkan di sini,” ucap Nardiyono, pemilik Nardbouven ketika ditemui Gudeg.net di galerinya, Rabu (20/2).
Ia tak menarik biaya sama sekali. “Dengan harapan, bagaimana kita berbuat walaupun sedikit, untuk menyumbangkan apa yang kita bisa kepada negara, untuk mempertahankan kebudayaan adiluhung kita, membatik” tuturnya.
Harga produk yang dipajang bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Dibandingkan tempat lain, harga produk di galerinya bisa lebih murah dengan selisih cukup jauh. “Contohnya harga sutera ATBM kita bisa lebih murah 500-700 ribu. Itu wajar saja karena saya di sini nggak nyewa,” katanya.
Galeri ini merupakan pendopo yang juga bagian dari rumahnya. Ada juga batik karya Herru yang dipajang di sana. Selain batik, ada juga aneka rajut, hantaran, souvernir, dan yang lainnya.
Nama Nardbouven sendiri diambil dari nama panggilan Nardiyono sewaktu duduk di bangku SMP. Pada 10 Februari 2019 lalu, Nardbouven diresmikan oleh Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun.
Nardiyono mengungkapan, Wabup mengapresiasi dan sangat mendukung upaya memberdayakan masyarakat sekitar, dan juga nguri-uri kebudayaan khususnya dalam mempertahankan batik.
Nardiyono mempersilakan siapa saja yang ingin belajar membatik untuk datang ke galeri. “Jumlah peserta kita batasi 20-25 orang, supaya lebih efektif,” ucap Herru. Setiap Rabu dan Kamis, ada kegiatan rutin untuk pelatihan.
Untuk ke depannya, Nardbouven berencana mendorong anak-anak sekolah untuk bisa lebih mencintai batik.
“Kami berbuat untuk masyarakat, mudah-mudahan ada dampak di negara dan bangsa,” ucap Nardiyono.
Kirim Komentar