Gudeg.net—Musim kemarau di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta diperkirakan akan berlangsung pada bulan Mei 2019, kecuali di wilayah Gunungkidul bagian selatan. Di daerah perbukitan tersebut musim kemarau diperkirakan akan datang pada bulan April dasarian III (sepuluh hari terakhir di bulan April).
Informasi ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi (Staklim) Mlati dalam aplikasi bot-nya. Sebabnya, pada dasarian III bulan Maret 2019, El Nino masuk dalam kategori lemah.
Keadaan ini ditandai oleh kondisi lebih panasnya suhu muka laut di wilayah Pasifik bagian tengah, di kisaran 0.5-1°C di atas normal sejak Oktober 2018. Kondisi ini diperkirakan hingga pertengahan Agustus 2019.
Aktifnya El Nino dengan skala lemah diperkirakan tidak akan berdampak secara signifikan terhadap sirkulasi angin monsun.
“Kajian data historis juga menunjukkan bahwa El Nino lemah tidak berdampak secara nyata/jelas terhadap sebaran curah hujan di Indonesia,” lapor informasi yang ditandatangani oleh Kepala Staklim Mlati, Reni Kraningtyas, tersebut (26/3).
Memperhatikan bahwa El Nino dalam kategori lemah, maka musim kemarau 2019 akan lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan monsun Australia dan fenomena MJO (maden Julian Oscilation) yang sering menyebabkan gangguan cuaca dalam skala satu musim.
Masyarakat diimbau mewaspadai dampak negatif musim kemarau. Potensi menurun luas tanam sawah harus diwaspadai. Menurunnya frekuensi tanam, kurangnya ketersediaan air untuk pertanian dan waduk juga adalah dampak negatif yang mungkin terjadi.
Kirim Komentar