Gudeg.net- Bentara Budaya Yogyakarta kembali memberikan ruang bagi seorang pelukis atau perupa asli Yogyakarta yang bernama Subandi Giyanto untuk memamerkan puluhan karya lukisannya. Mengambil tajuk Nunggak Semi, Subandi mengangkat wayang sebagai objek utama dalam setiap lukisannya yang dipamerkan dari tanggal 3-10 Mei 2019.
Subandi Giyanto menjelaskan perihal pemilihan wayang sebagai objek utama pada seluruh karya seni rupanya ini.
“Saya besar dari Wayang, ayah saya pewayang, adik saya pembuat wayang, saya hidup dari kecil dari wayang jadi seluruh bagian hidup saya dapat dikatakan berasal dai wayang atau hasil wayang,” jelasnya saat ditemui di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa (7/5).
Akan tetapi tambahnya, wayang juga merupakan sebuah figur yang tidak dapat kita pisahkan dari masyarakata Jawa. Disini wayang klasik digabungkan dengan alur cerita lain seperti keadaan negara yang penuh dengan koruptor, menanam padi di sawah hingga sebuah bercandaan atau dagelan tentang tokoh petruk.
Nunggak Semi dapat diiartikan sebuah kebijakan untuk terus dapat mengembangkan kebudayaan tanpa menggeser atau menghilangkan akar dari kebudayaan itu sendiri. Itulah juga salah satu alasan sang pelukis Subandi lebih mengangkat wayang untuk dituangkan ke atas kanvas.
Pada awalnya Subandi merupakan seniman lukis dengan media kaca, namun tetap dengan wayang sebagai objek utamanya.
“Pada dasarnya saya pelukis kaca dan kanvas akan tetapi pameran pertama saya ialah dengan dasar kaca, makan jadilah itu asal mula saya berani untuk memamerkan karya-karya saya ini,” ucap pensiunan guru itu.
Subandi Giyanto sendiri acap kali mengadakan pameran di Jakarta di bandingkan dengan Yogyakarta, hal itu dikarenakan sejumlah sponsor atau pengundang pameran lebih banyak datang dari Ibukota Indonesia itu.
Subandi juga menuturkan bahwa aliran seni rupa yang ia kedepankan masih maenjadi perdebatan bagi diri nya sendiri, akan tetapi ia membebaskan para penikmat dan kritikus lukisan untuk menilanya dengan apa adanya.
“Saya juga bingung dengan aliran lukis saya, tapi dasarnya saya sedang menggabungkan gambar Realis dengan gambar Dekoratif atau gambar Realis diagabungkan dengan seni Tradisi Wayang Klasik,” tutur pria asal Bantul itu.
Ketekunan dan kecintaan akan wayanglah yang membuat hidup Subandi jadi Nunggak Semi. Dalam artian dari wayanglah ia menemukan tonggak hidupnya dan berjalan serta berkembang menjadi nafkah dan rezeki.
Kirim Komentar