Berita

Pakar Kebencanaan UMY: Lakukan Upaya Tepat Sikapi Perubahan Iklim

Oleh : Wirawan Kuncorojati / Kamis, 09 Januari 2020 17:00
Pakar Kebencanaan UMY: Lakukan Upaya Tepat Sikapi Perubahan Iklim
ilustrasi: Kampus UMY - Gudegnet/ 2018

Gudeg.net - Pakar kebencanaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Rahmawati Husein, MCP, Ph.D. mengatakan, perubahan iklim secara ekstrem tengah menjadi fokus pembahasan di seluruh dunia.

Dampak perubahan iklim antara lain cuaca berubah menjadi tidak menentu, seperti curah hujan yang tinggi dan lama, kekeringan panjang yang menyebabkan kebakaran di beberapa negara, serta kekuatan badai yang juga semakin meningkat.

“Meningkatnya kejadian bencana itu 15 sampai 30 persen dari adanya perubahan iklim. Kalau di Indonesia tahun 2019 lalu, bencana didominasi berkaitan dengan iklim sebanyak 99 persen dari data yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” ujar Rahmawati dalam keterangan tertulis yang diterima GudegNet, Kamis (9/1).

Menurut Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah tersebut, permasalahan ini tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu pihak saja, namun perlu dukungan dari berbagai lapisan masyarakat.

Rahmawati menuturkan, penanganan dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus tepat sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada tiap daerah.

Ia menyebut DIY sebagai salah satu kawasan yang terdampak perubahan iklim ekstrem. “DIY juga bisa dikategorikan terpengaruh perubahan iklim, seperti di Gunungkidul. Kekurangan air karena kekeringan panjang, sehingga harus memberikan bantuan air di sana. Curah hujan tinggi dan suhu juga tiba-tiba menjadi sangat dingin di beberapa kawasan lain. DIY memiliki masalah, oleh karena itu penting adanya upaya yang terintegrasi dan menyeluruh,” ujarnya.

Masalah berbeda dihadapi oleh warga di pemukiman bantaran sungai di Kota Yogyakarta. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume air. Masifnya pembanguan gedung perhotelan, membuat makin berkurangnya ruang terbuka hijau

Ia mengatakan, pemerintah harus melakukan penggalian dasar sungai secara berkala, karena bukan hanya sampah yang menyebabkan pendangkalan sungai namun juga material dari Gunung Merapi yang terbawa air.

Penting pula untuk memperbanyak ruang terbuka hijau yang berguna bagi resapan air. “Kemudian supaya tidak kebanjiran, ada ruang terbuka hijau. Sekarang ini ruang terbuka hijau di DIY semakin habis karena buat perumahan dan perhotelan. Tata ruang dan tata guna lahan harus dipikirkan, kalau tidak, daya dukung lingkungannya kurang. Kalau daya dukung lingkungannya tidak bisa mendukung maka banjir, kekeringan atau kehilangan air,” katanya.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWADESI ADHILOKA

    SWADESI ADHILOKA

    Handayani FM



    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini