Gudeg.net- Beredarnya informasi tentang mutasi virus corona menjadi D614G yang dapat menular 10 kali lipat ada di DIY membuat Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X angkat bicara.
“Saya ndak tahu, virusnya 61 kih opo wae (apa aja), aku ora ngerti (saya tidak tahu), saya belum tahu,” ujar Sri Sultan Hamengkubuwono X pada keterangan persnya kepada awak media, Selasa (1/9).
Menurut Sultan, yang terbaik saat ini adalah masyarakat lebih menjaga dan menerapkan protokol kesehatan karena itu sangat penting. “Cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak. Yang penting itu saja,” tuturnya.
Meskipun virus corona bermutasi virus menjadi D614G atau apapun, Sultan mengungkapkan, sebenarnya corona itu penyakit yang paling murah biaya perawatannya yaitu hanya berada di dalam rumah.
“Tapi untuk tinggal di rumah do ra tahan (tinggal di rumah tidak pada tahan) dan akhirnya melakukan aktifitas di luar rumah dan jadilah beresiko tertular corona,” ungkap Ngarsa Dalem.
Pemerintah Daerah (Pemda) DIY tidak pernah melarang seluruh masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan atau aktifitas di luar rumah selama menjaga protokol kesehatan yang baik.
“Masyarakat boleh berdagang, Pemerintah tidak melarang, karena butuh makan. Pariwisata, hotel mau dibuka juga boleh akan tetapi bisa tidak menerapkan protokol kesehatan itu dengan baik, kalau enggak, ya tak tutup,” kata Raja Keraton Yogyakarta itu.
Sultan berharap seluruh warganya untuk terus melaksanakan protokol kesehatan disetiap aktifitasnya karena itu adalah bagian yang sangat penting.
“Protokol kesehatan yang terpenting dan semua harus dapat menjaganya, karena hal itu (protokol kesehatan) paling menentukan dalam proses untuk tidak menyebar dan tidak bisa kita kontrol,” harapnya.
Sementara itu di kutip dari akun Youtube Sekretariat Presiden (Setpres), Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, Satgas sedang meneliti perkembangan virus D614G tersebut.
“Virus D614G memang infeksi namun hingga saat ini belum dapat dipastikan bagaimana potensi cara penyebarannya. D614G belum terlalu penting dibandingkan dengan faktor risiko lainnya seperti usia dan penyakit penyerta,” kata Wiku Adisasmito.
Kirim Komentar