Seni & Budaya

''Tanah Rempah'' Empu Tampilkan Kedomestikan Berbentuk Karya

Oleh : Trida Ch Dachriza / Jumat, 23 Oktober 2020 22:00
''Tanah Rempah'' Empu Tampilkan Kedomestikan Berbentuk Karya
Karya “Tanah Rempah” oleh Empu dipamerkan di Nandur Srawung #7-Gudegnet/Trida

Gudeg.net—Nandur Srawung #7 memang telah ditutup secara resmi Rabu, 21 Oktober 2020 lalu. Namun, karya yang ditampilkan di gelaran pameran seni rupa tahunan ini tidak hilang begitu saja.

Salah satu karya yang sangat membumi dan mengakar dalam tradisi dan budaya masyarakat Indonesia adalah karya yang berjudul “Tanah Rempah” oleh seniman kolektif yang menamakan diri mereka Empu.

Sekelompok perempuan seniman ini menampilkan 22 panel berukuran 35x35 cm yang berisikan rempah-rempah Indonesia dengan inteprestasi mereka masing-masing.

Interest Empu itu domestik,” ujar Lashita Situmorang, salah satu anggota Empu yang menyumbangkan karyanya dalam karya kolaboratif “Tanah Rempah” saat berbincang dengan Gudegnet di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Rabu (21/10).

Ia bercerita, tema yang ditawarkan oleh Nandur Srawung #7 membuat mereka berpikir mengenai kegiatan domestik yang biasa mereka lakukan dan bisa menjadi sesuatu yang menarik.

Tanah Rempah karya Empu Gampingan Trida

“Ilmu perdomestikan itu muncul semua dan saling dibagi. Lalu kemudian undangan dari Nandur Srawung datang, kami langsung berpikiran pada sesuatu yang kami tahu, yaitu rempah,” cerita Lashita lagi.

Ide datang dari salah seorang dari mereka yang memang sangat memahami rempah-rempah. Saat ia menyodorkan ‘rempah’ sebagai tema, masing-masing membawa terjemahan mereka sendiri mengenai rempah. Ada yang menyajikan rempah sebagai minuman, ada pula yang menyajikannya sebagai budaya.

Tanah Rempah karya Empu Gampingan Trida

“Aku gak paham rempah, ya. Yang aku tahu kalau masalah rempah, aku beli bumbon gitu dan itu 2.500 (rupiah) dan kemudian aku membunuhnya. Mati di kulkas,” kata Lashita sambil tertawa.

Ia menerjemahkan tema ‘restart’ Nandur Srawung #7 sebagai sesuatu peristiwa di mana ia bisa menghidupkan kembali empon-empon yang biasa ia bunuh.

Lashita menghembuskan kembali kehidupan pada empon-empon dengan urban planting. Dengan alasan kemalasan dalam bersosok tanam, ia berpikir bagaimana caranya membuat satu tanaman art planting yang tumpang sari, sudah ada airnya.

“Jadi dia biar menjadi ekologinya sendiri dalam satu frame,” kata perempuan yang juga membuat peluit keramik ini.

Tanah Rempah karya Empu Gampingan Trida

‘Empu’, atau lebih lengkapnya ‘Emu Gampingan’ terdiri dari sekitar 22 orang perempuan seniman yang berasal dari Kampus Gampingan (Institut Seni Indonesia/ Akademi Seni Rupa Indonesia) dengan angkatan maksimal tahun 1997.

Terbentuk April 2018, mereka adalah sekelompok perempuan yang saling mendukung satu sama lain untuk kembali berkarya. Walau begitu, tidak semua anggota Empu dorman selama ini. Beberapa di antaranya cukup aktif di dunia seni sebagai kurator, maupun sebagai seniman mapan.

Tanah Rempah karya Empu Gampingan Trida

Beberapa nama di Empu selain Lashita ada Liestyanti Purnomo, Media Noverita, Warsiyah, Caroline Rika Winata, Stephanie Moeshartanti, Abram Adhiwardana, Pande Bayu, Tini Jameen, Bonita Margaret, dan lainnya.

Pameran debut mereka dilakukan di Institut Français Indonesia-Lembaga Indonesia Perancis (IFI-LIP), tahun 2018 lalu dengan tajuk pameran “Estetika Domestika”.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini