Gudeg.net – “Ketika saya berdiskusi dengan Pahlevi, situasi itu disebabkan oleh tiadanya tema, batasan media dan teknik yang katanya bisa berdampak tidak baik bagi pengembangan kreativitas perupanya. Kebebasan dalam berkarya oleh peserta pameran telah dimanfaatkan dengan maksimal untuk bisa menghasilkan karya seni yang spektakuler, terbebas dari kurungan tema pameran yang justru seringkali menjerat gerak kreatif perupa dan gagasannya menjadi tidak bisa berkembang.”
Penjelasan tersebut disampaikan salah satu penulis yang merupakan pengajar Seni Media Rekam ISI Yogyakarta Alex Luthfi R di sela-sela jumpa media presentasi ‘Miracle at Jogja Gallery’, Kamis (9/6) sore di Jogja Gallery.
Saat memasuki ruang pamer, dengan total lebih dari 300 seniman-perupa yang terlibat dalam presentasi karya, ruang pamer lantai dasar Jogja Gallery sepintas terkesan crowded dengan banyaknya karya yang terdisplay baik dua matra maupun tiga matra berbagai ukuran.
Suasana pembukaan ‘Miracle at Jogja Gallery’, Sabtu (11/6) sore (Foto : Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Di lantai dasar itu lima program dihelat secara bersamaan yakni Kecil Itu Indah #5, Pameran Sembilan Belas Perupa, art fair, bincang seni, serta workshop. Sementara lantai atas Jogja Gallery hanya digunakan sebagai ruang Pameran Keliling Jogja Miniprint Biennale #4.
Perhelatan tersebut merupakan pameran ‘Miracle at Jogja Gallery’, sebuah program yang merangkum hampir seluruh peristiwa yang pernah berangkat dari ruang Miracle prints- ke dalam ruang pamer Jogja Gallery dimana Miracle menghadirkan galeri, artshop, dan studio dalam sebuah ruang perayaan.
Pameran dibuka oleh pemilik Balai Lelang SIDHartA Auctioneer, Amir Sidharta pada Sabtu (11/6) sore.
Kecil Itu Indah (KII) dihelat pertama kali oleh Miracle pada tahun 2017, setahun setelah Kecil Itu Indah yang merupakan program reguler tahunan Edwin’s Gallery dihentikan setelah penyelenggaraan edisi ke-14 tahun 2016. Diakui oleh Syahrizal Pahlevi selaku pemilik Miracle, pameran tersebut terinspirasi dari KII-nya Edwin’s Gallery namun bukan merupakan kelanjutan dari pameran sebelumnya sehingga pada penyelenggaraan tahun pertama digelar dengan nama Kecil itu Indah after Edwin’s.
Display karya KII #5 di Jogja Gallery (Foto : Moh. Jauhar Al-Hakimi)
“Pameran kali ini (KII #5) menampilkan karya-karya seni rupa dua matra dan tiga matra dalam ukuran maksimal sisi terpanjang 30 cm (termasuk pigura). Para peserta merupakan hasil seleksi dari pendaftaran terbuka kepada seluruh perupa di Indonesia yang dilakukan beberapa bulan sebelumnya. Tidak ada tema khusus dalam pameran ini selain wacana karya kecil dan mungil dan tidak mengandung isu SARA.” jelas Syahrizal Pahlevi, Selasa (17/5).
Levi menyebutkan antusiasme seniman-perupa untuk bisa berpartisipasi dalam KII #5 cukup besar. Tidak kurang 300-an seniman dari berbagai kota yang mendaftarkan diri.
Elephant Ring – 4cm x 3 cm x 3 cm – Bintang Gantyna – 2021 (Foto : Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Kata Hati – batu serpentin – 25cm x 14cm x 13cm – Nugroho Hohox – 2022 (Foto : Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Karya berukuran kecil tentu bukanlah sekedar memindahkan objek dari medium berukuran besar dan menjadi kecil ukurannya, atau memperkecil dimensi karya tiga matra sehingga menjadi mini.
Dengan ukuran yang terbatas seniman-perupa justru bisa mendapat tantangan baru dengan permainan tekniknya dan segala proses kreatif yang menyertainya, serta fokus melalui pemadatan temanya. Ini bisa menjadi reflektif-eksploratif capaian seni rupa dengan segala aspek ekonomis-artistitik-estetiknya.
Dalam hal apresiasi, dengan mempertimbangkan mudah dibawa saat membeli serta pemajangannya bisa diletakkan pada satu dinding atau ruang yang sama untuk beberapa karya, dan tentunya harga yang lebih terjangkai peluang pasar karya seni dalam ukuran kecil (mini) cukup terbuka.
Lebih lanjut Levi menjelaskan bahwa untuk program Pameran Sembilan Belas Perupa yang diundang Miracle untuk memamerkan karya-karya seni rupa berupa seni grafis, lukisan, sketsa, drawing, patung, objek, keramik hingga instalasi dari seniman Yogyakarta hingga berbagai kota di Indonesia, termasuk juga karya-karya dari seniman manca negara.
“Jika di Miracle hanya mampu menampung karya-karya berukuran kecil dan maksimal sedang, maka kinilah saatnya para perupa dapat menampilkan karya-karya relatif berukuran lebih besar di ruang pamer Jogja Gallery. Kebetulan ke-19 seniman yang dipilih sebagai peserta pameran ini separuhnya pernah merasakan melakukan pameran tunggal dan sisanya terlibat dalam pameran bersama di Miracle prints. Sehingga perbedaan ruang ini menjadi pengalaman dan tantangan tersendiri buat mereka.” imbuh Levi.
Dari kedua program tersebut persoalan yang muncul berikutnya adalah tata letak karya, dimana dalam KII dibatasi maksimal dimensi terpanjang 30 cm sementara pada Pameran 19 Perupa dibebaskan dalam dimensi karyanya, di sisi lain keterbatasan kapasitas ruang pamer lantai dasar Jogja Gallery tentu akan dipenuhi karya lebih 200-an seniman. Kesalahan perencanaan tata letak hanya akan membuat karya terkesan saling berebut dinding-ruang.
Display karya ‘Miracle at Jogja Gallery’ (Foto : Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Tantangan tersebut cukup terjawab dengan pola penataan karya yang acak diikuti dengan penyekatan (blocking) baik dengan menggunakan panel besar ataupun dengan karya tiga matra yang diatur dengan kaidah sejangkauan mata memandang. Meskipun terkesan crowded karena berada dalam ruang dan waktu yang sama, program KII #5 dan Pameran 19 Perupa justru cukup berhasil membangun sinergi dari keterbatasan kapasitas ruang sehingga karya yang tersaji memiliki dimensi terkecil 3 cm hingga paling besar mencapai 300 cm.
Pengunjung anak sedang mengamati karya grafis Reno Megy Setiawan, Sabtu (11/6) sore (Foto : Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Display karya ‘Miracle at Jogja Gallery’ (Foto : Moh. Jauhar Al-Hakimi)
Dan menariknya, dalam sejangkauan mata memandang setiap karya seolah memiliki ruangnya sendiri tanpa saling mengintervensi karya sebelah menyebelah. Bahkan jika tidak mencermati, pengunjung akan kesulitan membedakan karya KII #5 dengan karya Pameran Sembilan Belas Perupa.
Pada titik inilah ‘Miracle at Jogja Gallery’ menemukan relevansinya menghadirkan sebuah ruang persembahan Miracle bagi para koleganya. Dan tentunya bagi dunia seni rupa.
Program ‘Miracle at Jogja Gallery’ yang dihelat di Jogja Gallery Jalan Pekapalan No. 7 Yogyakarta berlangsung 11-23 Juni 2022 dalam protokol kesehatan.
Kirim Komentar