Untuk merespon pesta rakyat Sekaten yang diadakan sejak 8 Februari - 20 Maret 2008, Jogja Gallery menyelenggarakan
pameran seni visual "Komedi Putar". yang dibuka oleh Emha Ainun Nadjib ini akan berlangsung pada tanggal 15 - 30
Maret 2008 dan diikuti oleh 51 perupa.
Menurut cak Nun, selain merupakan bagian dari tradisi kebudayaan dan religi masyarakat
Jogja, Sekaten mengandung makna yang lebih luas yakni sebagai pemacu tegaknya
kembali seni tradisi di tengah modernisme, kapitalisme, dan industrialisme kebudayaan
yang semakin mengikis memusnahkan identitas asli masyarakat.
Berbagai tema yang berbau sekaten diangkat oleh sebagian besar perupa dari berbagai
macam sudut pandang mereka. Sebagian dari perupa memandang sekaten sebagai pasar
rakyat yang identik dengan tradisi yang dibalut dalam dengan hiburan khas rakyat.
Afdal dengan "Menunggu Putaran", Arie Dyanto dengan "Komedi Pasar", Giring Prihatyasono dengan "Menggendong Tradisi", Lia Mareza dengan "Tong Stand", Puji Rahayu dengan "Refresing", Tasiman dengan "Pergi ke Pesta", dan Terra Bajraghosa dengan "Robot Sekaten" merupakan beberapa karya lukisan yang bertemakan Sekaten.
Komedi Putar, sebuah ikon hiburan yang pasi ada dalam setiap penyelenggaraan
Sekaten, secara filosofis dapat dimaknai sebagai sebuah perjalanan hidup manusia
yang kadang ada di atas dan kadang ada di bawah.
Pameran ini secara tegas mengajak kita untuk kembali mengingat makna sekaten
sesungguhnya yang merupakan sebuah tradisi kebudayaan dan religi masyarakat masayarakt
yang senantiasa harus dijaga kelestariannya di tengah industrialisasi saat ini.
Seni & Budaya
Pameran "Komedi Putar" Sebagai Respon Sekaten

Kirim Komentar