![Opera Pangeran Diponegoro - Pagelaran Kraton Yogyakarta Opera Pangeran Diponegoro - Pagelaran Kraton Yogyakarta](/images/upload/operadiponegoro.jpg)
Secara sistemastis struktural kolonial mengalami kebangkrutan. Belanda mengajak perundingan damai. Selesai penyelenggaraaan ibadah puasa Ramadhan dengan pengikutnya, Pangeran Diponegoro menghadiri perundingan yang dianggapnya masih dalam semangat silaturahmi. Hari kudus lebaran, pagi hari 28 Maret 1930 Pangeran Diponegoro ditangkap
Cerita di atas adalah penggalan dari drama "Opera Pangeran diponegoro" karya Sardono W. Kusumo yang digelar di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Selasa (20/05).
Teater yang berdurasi 90 menit ini memberikan kita wawasan tentang sejarah rekonstruksi perjalanan Pangeran Diponegoro yang diperankan oleh Fajar Satriadi terhadap pengorbankan yang kemudian dikenal sejarah sebagai Perang Diponegoro 1825-1830.
Opera juga menggandeng seniman lokal Jogja yakni Bondan Nusantara dan RM Altianto ini menceritakan betapa Luasnya dukungan rakyat, jumlah korban, biaya yang dikeluarkan serta kharisma kepemimpinannya, menjadikan perang ini sebagai simbol perlawanan yang popular. Perang Diponegoro, betapapun telah berubah secara mendalam pola dan struktur kolonial Belanda serta mengantarkan watak perjuangan rakyat pada dimensinya yang baru.
Cerita yang didukung dengan panggung dengan disain artistik ini berukuran 14 X 14 meter dengan latar backdrop bergambar penagangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda berukuran 14X7 meter. Lukisan backdrop yang divisualisasikan oleh Raden Saleh ini bernuansa bangunan kolonialisme.
Pertunjukan yang dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ini dapat dikatakan sukses seiring dengan banyaknya penonton yang menghadiri pertunjukan yang dimulai pukul 20.00 WIB malam tadi. Berbagai kalangan dari mahasiswa, pemerhati seni hingga masyarakat terlihat hadir menyaksikan pertunjukan yang digelar gratis dengan undangan ini.
Kirim Komentar