Setelah menyelesaikan saduran Serat Centhini versi Perancis dan diterbitkan di Perancis pada tahun 2002, Elizabeth D. Inandiak berkesempatan menerbitkan buku tersebut pada tahun 2004-2006 dalam bentuk penggalan-penggalan yang terdiri dari empat jilid. Tahun ini, sastrawan Perancis ini kembali menerbitkan buku dengan judul Le Livre de Centhini ini dalam satu buku utuh dengan judul Centhini, Kekasih yang Tersembunyi yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Laddy Lesmana.
Dari buku ini, Elizabeth telah berhasil mementaskan sebuah penampilan yang merupakan kolaborasi antara narasi, tari, dan musik pada tahun 2002-2006 di beberapa kota besar di Indonesia seperti Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, dan Bandung bahkan di luar negeri seperti Spanyol dan India.
Di tahun ini, bekerjasama dengan seniman asal Yogyakarta, Didik Nini Thowok dan Bondan Nusantara, Elizabeth kembali akan menyelenggarakan sebuah pementasan "Hari Huru Hara Centhini" pada 25 Juli 2008 di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta.
Dalam pementasannya yang ke-8 nanti, meski hanya akan menampilkan sebagian cerita dari Serat Centhini, Elizabeth mengaku tetap berusaha untuk menampilkan suasana Centhini seperti dalam buku aslinya.
"Meskipun pentas nanti tidak mungkin dapat menampilkan sebagian besar cerita di Serat Centhini, namun kami akan berusaha menampilkan suasana Centhini melalui berbagai pertunjukkan seperti kethoprak, teater, dan makanan ala Centhini," kata Elizabeth di Yogyakarta (22/07).
Seperti halnya Elizabeth, Didik Nini Thowok juga mengatakan bahwa pertunjukkan nanti adalah pertunjukkan kolaborasi antara narasi dan tari, "Pertunjukkan nanti merupakan sebuah pertunjukkan kolaborasi antara narasi dan tari," kata Didik.
Pada pentas nanti, selain berperan sebagai Centhini di pertunjukkan kethoprak, Didik juga berperan sebagai Amongrogo, Indraseno, serta pemain jathilan dalam sesi flashback.
Sebagai informasi, pada pertunjukkan 25 Juli 2008 nanti akan tampil sejumlah kegiatan seperti kethoprak, kesenian rakyat, makanan ala Centhini, sarasehan dan diskusi Centhini, dan arsitektur ala Centhini. Pembukaan acara akan dilangsungkan pada puku 14.00 WIB di LIP Yogyakarta hingga ditutup dengan pertunjukkan Reog Satria Muda Budaya pada pukul 20.00 WIB.
Dari buku ini, Elizabeth telah berhasil mementaskan sebuah penampilan yang merupakan kolaborasi antara narasi, tari, dan musik pada tahun 2002-2006 di beberapa kota besar di Indonesia seperti Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, dan Bandung bahkan di luar negeri seperti Spanyol dan India.
Di tahun ini, bekerjasama dengan seniman asal Yogyakarta, Didik Nini Thowok dan Bondan Nusantara, Elizabeth kembali akan menyelenggarakan sebuah pementasan "Hari Huru Hara Centhini" pada 25 Juli 2008 di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta.
Dalam pementasannya yang ke-8 nanti, meski hanya akan menampilkan sebagian cerita dari Serat Centhini, Elizabeth mengaku tetap berusaha untuk menampilkan suasana Centhini seperti dalam buku aslinya.
"Meskipun pentas nanti tidak mungkin dapat menampilkan sebagian besar cerita di Serat Centhini, namun kami akan berusaha menampilkan suasana Centhini melalui berbagai pertunjukkan seperti kethoprak, teater, dan makanan ala Centhini," kata Elizabeth di Yogyakarta (22/07).
Seperti halnya Elizabeth, Didik Nini Thowok juga mengatakan bahwa pertunjukkan nanti adalah pertunjukkan kolaborasi antara narasi dan tari, "Pertunjukkan nanti merupakan sebuah pertunjukkan kolaborasi antara narasi dan tari," kata Didik.
Pada pentas nanti, selain berperan sebagai Centhini di pertunjukkan kethoprak, Didik juga berperan sebagai Amongrogo, Indraseno, serta pemain jathilan dalam sesi flashback.
Sebagai informasi, pada pertunjukkan 25 Juli 2008 nanti akan tampil sejumlah kegiatan seperti kethoprak, kesenian rakyat, makanan ala Centhini, sarasehan dan diskusi Centhini, dan arsitektur ala Centhini. Pembukaan acara akan dilangsungkan pada puku 14.00 WIB di LIP Yogyakarta hingga ditutup dengan pertunjukkan Reog Satria Muda Budaya pada pukul 20.00 WIB.
Kirim Komentar