"Gimana to mas, jualan kok nggak ada persiapan?"
Kalimat itu yang akhirnya membulatkan tekad pemuda berperawakkan tinggi tegap ini untuk membenahi usahanya yang mulai seret. Tak sakit hati mendapat perlakuan pahit seperti itu, semangat dipupuknya terus sampai akhirnya membuahkan hasil.
Berawal dari keinginannya untuk mandiri, laki-laki yang mempunyai nama lengkap Ramadhan Yoga Nugroho ini mencoba untuk meninggalkan negeri yang pernah dipimpin Lenin, Rusia. Sudah jenuh tinggal di Rusia bersama orang tuanya dan ingin mandiri, Yoga akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Indonesia. Yogyakarta menjadi tujuan utamanya.
Perjumpaannya dengan si Volks Wagen (VW) Combi tua ini, memang tak direncanakan. Rencana hanya berlibur ke Bandung, Yoga langsung jatuh hati pada VW yang dibelinya dengan harga Rp 24.000.000,00 dan menghabiskan Rp 60.000.000,00 untuk modifikasi.
Untuk merayakan ulang tahun Yoga, kedua orang tuanya menyempatkan diri datang ke Yogyakarta. Ibu Yoga yang pandai memasak pasta, membuatkan pasta sebagai menu di hari ulang tahun anaknya itu. Tak disangka teman-teman Yoga banyak yang suka. Otak Yoga mulai berputar. "Kenapa nggak nyoba bikin terus dipasarin?" ungkap Yoga.
Modal awal Rp 5.000.000,00 yang didapat dari Ayahnya harus dimanfaatkan dalam waktu tiga bulan. Orang tua Yoga tak memberikan modal dengan cuma-cuma. Dalam jangka waktu tiga bulan kalau tidak sukses usahanya, maka VW dan segala perlengkapan usaha yang sudah dibeli Yoga harus dijual lagi. Sebagai anak laki-laki yang ingin dianggap bertanggung jawab dengan pilihannya, Yoga langsung berusaha keras untuk bisa memanfaatkan modal tersebut. Ibunya yang baik hati, sengaja meninggalkan resep pasta untuk Yoga.
VW dirombak habis-habisan, dan dijadikan mobile cafe oleh Yoga. Spagheti, Lasagna, Macroni Seafood, Pizza (khusus weekend) dan juice jadi menu utama. Sakuniko Pasta Italia menjadi nama untuk usaha kulinernya.
Bagai pungguk merindukan bulan. Baru satu bulan pertama usahanya gagal. Bayang-bayang ancaman Ayahnya mulai menghantui. Sampai muncullah seorang Ibu yang melontarkan kalimat di atas tadi. "Dia pengen makan spagheti tapi dibawa pulang. Aku benar-benar nggak persiapkan tempat untuk bungkus spagheti. Sampai Ibu tadi jalan ke warung makan Padang yang deket sama tempatku, balik lagi ke tempatku bawa plastik minta dibungkusin spagheti," jelas Yoga sambil terkekeh mengingatnya.
Awal yang pahit menjadi akhir yang manis. Yoga bangkit dari keterpurukkan. Lama kelamaan pengunjung mulai berdatangan. Mereka yang tadinya asing dengan makanan yang ditawarkan oleh Yoga mulai paham apa sebenarnya "lasagna" itu. Yang tadinya hanya Yoga sendiri yang mengerjakan semuanya, sekarang ia sudah punya lima karyawan.
Rempah-rempah yang jadi bumbu utama sajiannya ini, diimpor langsung dari Italia. "Jadi rasa aslinya bisa dinikmati. Konsepnya, makanan resto yang bisa dinikmati di pinggir jalan," jelas Yoga. Yang spesial adalah kehadiran Lasagna yang disiram dengan kuah bolognise dan kuah barbeque. Ini yang tidak bisa didapatkan pada lasagna di tempat lain.
Walau kocek pas-pasan, kita tetap bisa menikmati pasta Italia yang dihidangkan dari dalam VW ini, di Jl. Solo di depan SMU De Britto pada pukul 18.30 - 01.00 WIB. Semua pastanya dihargai Rp 12.000,00. Semuanya ini bisa kita nikmati sambil melihat keramaian kota di malam hari dan menatap bintang di langit.
Kalimat itu yang akhirnya membulatkan tekad pemuda berperawakkan tinggi tegap ini untuk membenahi usahanya yang mulai seret. Tak sakit hati mendapat perlakuan pahit seperti itu, semangat dipupuknya terus sampai akhirnya membuahkan hasil.
Berawal dari keinginannya untuk mandiri, laki-laki yang mempunyai nama lengkap Ramadhan Yoga Nugroho ini mencoba untuk meninggalkan negeri yang pernah dipimpin Lenin, Rusia. Sudah jenuh tinggal di Rusia bersama orang tuanya dan ingin mandiri, Yoga akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Indonesia. Yogyakarta menjadi tujuan utamanya.
Perjumpaannya dengan si Volks Wagen (VW) Combi tua ini, memang tak direncanakan. Rencana hanya berlibur ke Bandung, Yoga langsung jatuh hati pada VW yang dibelinya dengan harga Rp 24.000.000,00 dan menghabiskan Rp 60.000.000,00 untuk modifikasi.
Untuk merayakan ulang tahun Yoga, kedua orang tuanya menyempatkan diri datang ke Yogyakarta. Ibu Yoga yang pandai memasak pasta, membuatkan pasta sebagai menu di hari ulang tahun anaknya itu. Tak disangka teman-teman Yoga banyak yang suka. Otak Yoga mulai berputar. "Kenapa nggak nyoba bikin terus dipasarin?" ungkap Yoga.
Modal awal Rp 5.000.000,00 yang didapat dari Ayahnya harus dimanfaatkan dalam waktu tiga bulan. Orang tua Yoga tak memberikan modal dengan cuma-cuma. Dalam jangka waktu tiga bulan kalau tidak sukses usahanya, maka VW dan segala perlengkapan usaha yang sudah dibeli Yoga harus dijual lagi. Sebagai anak laki-laki yang ingin dianggap bertanggung jawab dengan pilihannya, Yoga langsung berusaha keras untuk bisa memanfaatkan modal tersebut. Ibunya yang baik hati, sengaja meninggalkan resep pasta untuk Yoga.
VW dirombak habis-habisan, dan dijadikan mobile cafe oleh Yoga. Spagheti, Lasagna, Macroni Seafood, Pizza (khusus weekend) dan juice jadi menu utama. Sakuniko Pasta Italia menjadi nama untuk usaha kulinernya.
Bagai pungguk merindukan bulan. Baru satu bulan pertama usahanya gagal. Bayang-bayang ancaman Ayahnya mulai menghantui. Sampai muncullah seorang Ibu yang melontarkan kalimat di atas tadi. "Dia pengen makan spagheti tapi dibawa pulang. Aku benar-benar nggak persiapkan tempat untuk bungkus spagheti. Sampai Ibu tadi jalan ke warung makan Padang yang deket sama tempatku, balik lagi ke tempatku bawa plastik minta dibungkusin spagheti," jelas Yoga sambil terkekeh mengingatnya.
Awal yang pahit menjadi akhir yang manis. Yoga bangkit dari keterpurukkan. Lama kelamaan pengunjung mulai berdatangan. Mereka yang tadinya asing dengan makanan yang ditawarkan oleh Yoga mulai paham apa sebenarnya "lasagna" itu. Yang tadinya hanya Yoga sendiri yang mengerjakan semuanya, sekarang ia sudah punya lima karyawan.
Rempah-rempah yang jadi bumbu utama sajiannya ini, diimpor langsung dari Italia. "Jadi rasa aslinya bisa dinikmati. Konsepnya, makanan resto yang bisa dinikmati di pinggir jalan," jelas Yoga. Yang spesial adalah kehadiran Lasagna yang disiram dengan kuah bolognise dan kuah barbeque. Ini yang tidak bisa didapatkan pada lasagna di tempat lain.
Walau kocek pas-pasan, kita tetap bisa menikmati pasta Italia yang dihidangkan dari dalam VW ini, di Jl. Solo di depan SMU De Britto pada pukul 18.30 - 01.00 WIB. Semua pastanya dihargai Rp 12.000,00. Semuanya ini bisa kita nikmati sambil melihat keramaian kota di malam hari dan menatap bintang di langit.
Kirim Komentar