
Itulah kue keranjang atau juga sering disingkat kue ranjang. Kue khas tahun baru Imlek ini hanya dibuat menjelang Tahun Baru Imlek hingga Cap Go meh atau hari ke-15 yang merupakan hari terakhir masa perayaan Imlek.
"Sejak seminggu menjelang Imlek telah banyak orang yang beli dan pesan kue keranjang. Biasanya pembeli masih akan datang hingga Cap Go meh nanti pada bulan Februari," kata penerus usaha turun temurun kue Mapan, Sulistyowati kepada GudegNet di tempat usahanya di Jalan Tukangan No. 43 Yogyakarta, Rabu (21/01/09).
Siang itu, Sulistyowati bersama dengan delapan pekerjanya sepertinya tak akan sempat bersantai. Betapa tidak, hampir tiap lima menit ada pembeli yang datang untuk membeli dan memesan kue keranjang buatannya untuk perayaan Tahun Baru Imlek 2560 tahun ini.
Kepada pembeli, Sulistyowati memasang harga rata-rata untuk kue keranjangnya Rp 25 ribu per kilogram. Di sini, pembeli dapat memilih masing-masing kue keranjang yang sesuai dengan kebutuhannya.
"Ada berbagai macam ukuran kue. Untuk 1 kg yang berisi tiga buah kue bertingkat tingkat Rp 25 ribu, untuk yang berisi empat Rp 26 ribu, sedangakan yang tertinggi di sini yang mencapai 5 tingkat seharga Rp 90 ribu," katanya.
Dalam 25 hari --menjelang Imlek hingga Cap Go Meh, Sulistyowati mengaku mampu mengolah hingga 2 ton tepung ketan. Proses pembuatan kue keranjang sendiri terbilang cukup lama. Dari menggiling beras ketan hingga mengukus butuh waktu sekira dua hari. Belum lagi butuh minimal sehari untuk mengeringkannya di bawah panas matahari di bulan Januari.
Dalam proses produksinya, Sulistyowati mengaku tidak menggunakan bahan pewarna dan pengawet apapun. Warna coklat yang diperoleh adalah hasil dari campuran gula ketika diadon dengan tepung beras. Meski demikian, kue ini konon bisa tahan hingga berbulan-bulan.
"Warna coklat yang ada adalah warna alami, bukan buatan. Warna itu merupakan hasil dari gula pasir yang dicampur dengan tepung beras. Kue keranjang bisa tahan hingga berbulan-bulan jika ditaruh di lemari es," tambahnya.
Pembeli kue keranjang ternyata tidak hanya berasal dari Yogyakarta saja, beberapa orang dari luar daerah seperti Magelang, Purworejo dan Semarang bahkan telah menjadi langganan Sulistyowati.
Selain usaha kue keranjang yang telah lakoninya sejak tahun 1960-an, Sulistyowati juga membuat kue khas China lain seperti bakcang dan kue mangkok enting-enting yang dibuatnya jika tidak dalam masa Imlek.
Pada Tahun Baru China atau Imlek, orang Tionghoa menggunakan kue keranjang sebagai sarana sembahyang bagi leluhur. Selain itu kue tahunan tersebut juga diberikan kepada orang lain sebagai bentuk syukur atas apa yang telah diperoleh selama setahun.
Kirim Komentar