
Keluarga Yusa merupakan salah satu dari sekian banyak keluarga dan rombongan masyarakat lain yang berkumpul di perempatan depan Kantor Pos Besar Jogja tersebut. Ribuan mata sudah menanti. Dua anak perempuannya yang masih kecil, salah satunya dia naikkan ke atas pundak, dan yang satu naik di atas pagar pembatas jalan yang dipasang oleh pihak panitia.
"Turun dulu ya dek, ayah tarik nafas dulu. Nanti kalau Liongnya sudah lewat digendong lagi," ujar Yusa pada anaknya.
Meskipun awalnya sang anak enggan dan merengek, namun ketika rombongan andong masuk di titik nol km yang dimulai oleh Sri Sultan, dan menyusul berturut-turut Gusti kanjeng Ratu Hemas beserta cucu-cucu, Kapolda DIY, Brigjen Pol Drs Sunaryono SH, Walikota Jogja Herry Zudianto, Wakil Walikota Jogja Hariyadi Suyuti, anak itu kembali bersemangat.
Rasa penasaran masyarakat untuk melihat pertama kali penampilan naga lampion raksasa berjalan di sepangjang jalan Malioboro hingga jalan Ahmad Yani dan beratraksi di nol km Jogja terjawab sudah. Meskipun sempat iring-iring terhambat akibat jalan terhadang oleh masyarakat yang mulai berdiri ditengah.
Iring-iringan yang diawali dengan ritual doa dan dianjutkan secara bergantian oleh berbagai elemen masyarakat dan komunitas menunjukan penampilannya masing-masing. Seperti atraksi barongsai dan penari dari SMKI Yogyakarta, penampilan barongsai dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) serta barongsai dengan warna biru dari Instistut Seni Indonesia (ISI).
Selanjutnya penampilan karya baru dari Didik Ninik Thowok berupa Jathilan Ampyang, dan dilanjutan oleh penampilan tari tradisional dari Palu oleh Keluarga Mahasiswa Sulasesi Tengah, yang merupakan perpaduan tari dari Palu dan Tiongkok.
Sekitar 23 rombongan memberikan penampilannya masing-masing. Panjang iring-iriang yang mecapai panjang ingga 3 km ini ditutup dengan naga lampion raksasa yang pada pukul 17.00 WIB sore harinya, oleh Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) tercatat sebagai liong terpanjang dan terbesar di Indonesia dan se-Asia Tenggara.
Naga lampion yang pada awalnya tercatat memiliki panjang 126 meter,s eelah diukur kembali oleh MURI tercatat panjangnya hingga 130,6 meter. Liong naga raksasa tersebut diarak oleh seitar 300 orang warga. Liong naga yang terbuat dari kain parasut dan beratnya mencapai 2,6 ton dan dilengkapi dengan 1300 lampu serta 40 batre ini beratraksi dan mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat yang sudah menanti-nanti sejak sore hari.
Penutupan PBTY tahun ini menjadi sangat berkesan, sebagai peringatan yang tahun ini merupakan tahun kelima PBTY digelar sebagai acara untuk memperingati tahun baru Imlek dan Cap Go Meh di Jogja. Kemang api meriah pun meluncur ke langit menandakan penutupan pekan budaya yang elah berlangsung sejak tanggal 23 Februari lalu.
Seperti yang diutarakan juga oleh Yusa, acara penutupan ini memang merupakan akultursai budaya Tionghoa dan Nusantara. "Setiap ada karnaval budaya anak-anak memang semangat menonton. Ya sekalian mengenalkan kepada mereka budaya kita, lagipula kan ini campuran. Kalau bukan sekarang kami yang ngajak, siapa lagi," ujarnya.
Kirim Komentar