Seni & Budaya

Manu Seputra Pamerkan Batik Klasik Gagrak

Oleh : Dude / Senin, 00 0000 00:00
Manu Seputra Pamerkan Batik Klasik Gagrak

Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad dan Galeri Batik Jawa menggelar pameran batik klasik Gagrak Yogyakarta karya Pakar Sastra Jawa dan Staf Pengajar Jurusan sastra Deaerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada (UGM), Manu J Seputra.

Pameran yang menampilkan sekitar 500 karya Manu J Seputra ini digelar pada 21 hinga 24 Januari mendatang di Hotel Mustokoweni, Jl. AM Sangaji Yogyakarta.

Asisten Manu J Seputra, Hastangka menyatakan dari 500 karya yang dipamerkan, 27 di antaranya merupakan karya tertua, sedangkan sekitar 75 merupakan kain batik terbaru.

"Karya-karya batik Manu yang dipamerkan antara lain Cuwiri, Melati Sategal, Kaduk Manis, Semen rama Cantel, Wahyu Tumurun, Gurda Kinurung, Parang Gapit, Parang Rusak atau Barong, Udan Liris dan Godeg," katanya di Hotel Mustokoweni, Jumat (22/1).

Hastangka memaparkan, masing-masing karya yang diciptakan oleh Manu mempunyai cerita dan sejarah pada saat membuatnya. Bagi Manu, setiap motif mewakili sesuatu yang terjadi pada waktu itu.

"Contohnya motif Melati Sategal dibuat tahun 1977 sebagai memori untuk mengenang sahabatnya yang sudah meninggal. Kemudian batik bermotif Kaduk Manis yang dibuat tahun 1982 disaat terjadi krisis politik di Indonesia," ceriteranya.

Seluruh karya batik yang dihasilkan oleh Manu diproduksi dengan menggunakan bahan pewarna alami seperti Indegofera, Soga, Somba dan kulit kayu jati.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Djoko Dwiyanto menyatakan berlakunya China ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) harus diterima secara terbuka oleh perajin batik Jogja, demikian pula dengan masuknya karya-karya batik dari luar seperti batik printing dari Cina.

"Dengan pasar terbuka nanti pasar akan melihat kualitas produk batik printing Cina sehingga dapat dibandingkan dan diuji kalau batik printing tiga tahun sudah pudar sedangkan batik tulis masih bisa bertahan puluhan tahun maka perajin seharusnya tidak takut kalah saing atau masuknya batik-batik dari Cina," ujarnya.

Menurutnya, hal utama yang harus dilakukan adalah bagaimana menjaga dan melestarikan batik agar tetap menjadi warisan budaya batik khas Yogyakarta dengan menyelenggarakan kegiatan dan sosialisasi tentang batik. Selain itu, yang tak kalah penting adalah bagaimana perajin harus tetap menggunakan warna alami untuk menghasilkan kain batik, dan bukan seperti batik cap sekarang ini yang menggunakan warna sintetis.

0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini