Menu kuliner berpotensi berkembang di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang. Eksistensi makanan tradisional seperti gulai menurut Drs. Agus Amarullah. MA, Kasi Rekayasa Budaya, Dinas Kebudayaan, DIY dapat berkembang secara positif ditengah serbuan aneka kuliner barat. "Kegiatan Festival Gule Salero Nusantara seperti ini patut diapresiasi dalam rangka melestarikan warisan leluhur," tukasnya disela-sela acara di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Tugas Dinas Kebudayaan dalam aspek budaya adalah berupaya melindungi, memanfaatkan juga mengembangkan masakan tradisional ditengah-tengah semakin ketat dan masifnya menu makanan barat yang masuk ke Indonesia. Menurutnya, menu kuliner tradisional seperti gulai memiliki posisi tawar tinggi dalam menghadapi persaingan global.
"Gule itu makanan yang lezat dan memiliki kualitas gizi yang bagus, tidak kalah dengan masakan barat," ungkapnya bersemangat.
Kegiatan Festival kuliner ini ternyata melibatkan 125 orang untuk berlomba membuat kreasi masakan gulai yang diikuti oleh ibu-ibu PKK se-DIY. Saat Tim Gudegnet berada dilokasi, tidak hanya gulai yang berbahan daging sapi, kambing, bebek ataupun ayam, melainkan gulai yang dibuat secara khusus dari jantung pisang. "Rasanya enak seperti daging," tukas salah seorang pengunjung yang mencicipi makanan unik itu.
Menurut Nurkori, penyelenggara dari PT ABC President Indonesia, Festival Gule Salero Nusantara merupakan sebuah aksi untuk mendukung menu masakan nusantara. "Kami berkomitmen mendukung gulai sebagai masakan yang harus terus dilestarikan," tuturnya.
Sebagai respon dari kegiatan ini, Dinas Kebudayaan pun berencana ingin membuat festival kuliner secara khusus guna memberikan support agar masakan nusantara tidak punah. "Selain itu dengan adanya festival kuliner semacam ini, dapat meningkatkan kemampuan usahawan serta kreatifitas dibidang kuliner," tutup Agus ramah.
Kirim Komentar