Klenteng Poncowinatan dari pagi hingga sore ini terus berbenah. Sejumlah warga Tionghoa yang akan melaksanakan sembahyang bersama bahu membahu membersihkan klenteng tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta itu. Tim Gudegnet melihat secara dekat proses pembersihan Hiolo yakni sebuah tempat yang digunakan untuk menancapkan dupa.
Pengurus Vihara, Margo Mulyo atau biasa dikenal dengan Shushu mengatakan bahwa proses pembersihan klenteng sebenarnya telah dimulai semenjak beberapa hari yang lalu. "Hari ini tinggal meneruskan yang belum selesai saja," ungkapnya pada Tim Gudegnet.
Secara umum, klenteng ini bernama Tjen Ling Kiong, dibangun pada tahun 1881 atas prakarsa Sri Sultan HB VI dan kemauan warga sekitar yang kala itu banyak memeluk Khong Hu Cu. Bentuk fisik klenteng dari awal pembangunan hingga sekarang tak banyak mengalami perubahan.
Inilah yang menarik dari klenteng tersebut, dewa dibuatkan altar pemujaan khusus sesuai dengan karakter dewa yang bersangkutan. Sehingga besar dan luas altar disesuikan dengan besar dan luasannya.
Khusus untuk beribadatan Imlek, Shushu mengaku telah menjadwalkan kegiatan sembahyang yang akan jatuh pada 6 februari 2016 mulai semenjak pagi. "Sebagai ciri khas di klenteng ini, kami tetap menghadirkan tumpeng yang berciri khas budaya Jawa seperti tahun - tahun sebelumnya," tutupnya ramah.
Baca Pula : Menilik Sisi Mistis Klenteng Poncowinatan
Kirim Komentar